Semarak Agustusan Ala Ndesa
Apa, Inyong Rika Pada Uwis Merdeka, Urung ???
TNI AD ala Ndesa_karnaval_koleksi pribadi
Inyong wis Merdeka !!! Rika uwis Merdeka Urung ??? (saya sudah Merdeka !!! Kamu sudah Merdeka Belum ???). Estafet perjuangan memang harus terus digelorakan walaupun Negara kita Indonesia tercinta sudah berdaulat pada 69 tahun yang lalu, tapi bukan berarti kita sebagai penerus berhenti dan terdiam hanya menikmati hasil mereka, kita juga harus terus berjuang melawan ketidakadilan dan berbagai kesenjangan yang ada pada kehidupan kita.
Dirgahayu Republik tercinta ini memang selalu semarak, bahkan symbol-simbol perjuangan masa lampau terlihat sampai sekarang, barangkali itulah yang minimal mereka bisa lakukan ya walau hanya bermain peran, baik peran antagonis maupun sebaliknya. Nuansa heroik pun berasa ketika detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia tiba, minggu 17 Agustus 2014 kami pun bersepakat untuk meramekan kampung dimana kami tinggal walau di pinggir hutan, tapi semangat kita semangat pejuang (semoga).
Kampung Madrasah dan Pesantren PAKIS yang berdomisili di Kampung Pesawahan ikut ambil bagian walau dalam kondisi keterbatasan, tapi semangat perjuangan tetap harus terus kita pekikkan bahkan kita jadikan semangat untuk menjadi pemenang dalam peperangan pada zaman modern sekarang ini, karena banyak saudara-saudara kami yang ada di desa belum merdeka (sejatinya).
Penjajah saat ini adalah banyaknya ketidakberdayaan diri kita, karena sejatinya musuh terbesar dan paling membahayakan adalah diri kita sendiri, jangan biarkan ketidakberdayaan terus menyelimuti saudara-saudara kita, ayo kita terus berjuang walau dalam keadaan terbatas dan tanpa batas.
Perjuangan pun dimulai, minggu 17 Agustus 2014 semua Relawan dan peserta didik Kampung Madrasah dan Pesantren PAKIS bahkan seluruh komponen simpatisan pun menggelar Pasukan untuk berdiri tegak, tangan terangkat untuk hormat kepada sang saka merah putih, kepala pun menunduk di bawah teriknya mentari seraya berucap do’a bagi para pendahulu yang sudah kian banyak berjuang untuk kehidupan kita.
Semarak Agustusan ala ndesa pun digelar, seusai upacara masing-masing pasukan pun berbaris dengan berbagai symbol yang dipakai pun melakukan arak-arakan (karnaval) mengelilingi kampung, berbagai gelaran identitas perjuangan pun menjadi suguhan bersama, rombongan pemuda desa layaknya TNI AD pun tak luput dengan senapan buatan dari bambu menjadikan semua angkat tangan dan menutup telinganya, karena suara dentuman senapannya pun tidak kalah nyaring seperti rudalnya Palestina yang membalas serangan Zionis Israel.
Semua memang benar adanya, mulai dari anak-anak sekolah dasar, sampai masyarakat yang tak terpaut umur pun ikut gelar pasukan yang begitu unik, menarik dan tentunya heroik bagi kita, ya walau itu hanya ada di kampung desa pinggir hutan.
Perang pun dimulai, semua jelas tertata apik oleh panitia semarak agustusan ala ndesa ini, ya perang berjuang bertanding satu sama lain saling berlomba dalam ajang mencari pahlawan yang mau perang untuk kemerdekaan desa Indonesia.
Dimulai dari perang dengan menangkap belut sebagai ajang mencari pahlawan yang cepat, tanggap, dan tahan dalam kondisi apapun, perang menggiring katak, perang makan kerupuk, perang memukul air dengan kondisi mata tertutup, perang balapan Egrang, perang balap karung, perang nyunggu tampah, perang tarik tambang, perang masukan benang ke jarum, perang balapan bakiyak, perang fashion show dan tak kalah seru perang asah otak alias cerdas cermat kelompok tani sebagai penghujung peperangan yang dihelat panitia Semarak Agustusan Ala Ndesa.
Arena peperangan pun tak kalah ramai seperti di seputar bundaran Indosat Jakarta Pusat, Kamis (21/8) semua menggugat hasil perhitungan Pilpres 20114 dan hasilnya keputusan MK tetap menolak seluruh gugatan perselisihn hasil pemilihan umum (PHPU) Presiden yang lalu, dan keputusan tetap memenangkan pasangan Jokowi-JK menjadi pasangan Presiden dan wakil Presiden RI 5 tahun mendatang, dan semoga di hari kemerdekaan ini benar-benar nantinya pemimpin baru mampu menjadi inspirasi masyarakat desa untuk terus berjuang dan memperjuangkan hidup dan kehidupannya menjadi lebih baik.
Al-hasil, pahlawan Semarak Agustusan Ala Ndesa pun mulai berjatuhan ada yang tumbang dan jatuh bangun karena harus berbesar hati, karena peperangan yang dilewati memang cukup pada penyisihan dan harus saling merelakan satu sama lain, karena harus ada yang menjadi pemenang, tapi yakinlah kita tetap akan menjadi pemenang walaupun yang kita perjuangkan masih kecil dan itu ada dipelosok tapi dekat karena disinilah ibu pertiwi akan selalu ada terpatri dihati.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-69, semoga desa tidak dindahkan sebagai ruh perjuangan untuk masyarakatnya sampai berdiri di kaki sendiri dan berdaulat bahwa desa adalah pancasilanya Indonesia.
Merdeka ??? Belum ??? Merdeka Belum ??? Pancasila Abadi !!! NKRI HARGA MATI !!!
Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang !!!
Aku Cinta Ibu Pertiwi
Merah darahku mengalir merasuk untuk negeri tercinta ini
Putih niat luhur menjadi petanda bahwa
Berjuang berperang melawan dengan keterbatasan
Menjadi pahlawan karena mau berperang dan terus berjuang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H