Mohon tunggu...
Sekolah Desa
Sekolah Desa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saatnya Perempuan Bersuara

9 September 2015   12:53 Diperbarui: 9 September 2015   13:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya ingin ada lapangan pekerjaan yang menerima kami,” ujar Tarsiyah, seorang difabel di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara saat mengikuti Musyawarah Desa “Pengembangan Pembangunan Desa dan Partisipasi Perempuan” pada Jumat (28/08/2015). Di depan forum, Arif Mahfudz, Kepala Desa Gumelem Kulon serius mendengarkan sembari mencatat usulan-usulan yang muncul lantas ditanggapi.

Sebelumnya, Rumiati, peserta Sekolah Perempuan Gumelem Kulon mengungkapkan bahwa ada lebih dari 60 kaum difabel di desanya. Rumiati bersama peserta Sekolah Perempuan telah melakukan pemetaan aset desa termasuk sumber daya manusia. Saat Rumiati menceritakan secara detail kondisi salah satu kaum difabel serta keluarga miskin, suasana di ruang Musdes mendadak hening. Beberapa kali Rumiati berusaha menahan air matanya. Selain Rumiati, seorang pengrajin batik tulis juga mengungkapkan pendapatnya tentang regenerasi dan kondisi pengrajin batik tulis Gumelem Kulon saat ini. Sementara, perwakilan organisasi keagamaan Muslimat yang belum mengetahui tentang kegiatan Sekolah Perempuan di desanya, mengaku tertarik untuk terlibat dalam Sekolah Perempuan serta menjadi bagian dari perjuangan perempuan dalam pembangunan di desanya.

Tidak seperti biasanya, Musdes kali ini melibatkan kelompok-kelompok yang selama ini jarang atau tidak dilibatkan dalam Musdes. Kelompok Perempuan yang merupakan Peserta Sekolah Perempuan Gumelem Kulon beberapa hari sebelumnya telah mengundang sekitar 60 yang terdiri dari Peserta Sekolah Perempuan, Perangkat Pemerintahan Desa, Kepala Desa, Sekdes, Kaur Kesra, Bendahara, Kepala Dusun, BPD, perwakilan lembaga-lembaga di desa seperti Pemuda Karangtaruna, LP3M, Gapoktan, Kelompok perempuan selain peserta sekolah perempuan: seperti Muslimat, Fatayat, Kelompok Wanita Tani, PKK, Kader Posyandu, Guru PAUD, Kelompok Perajin Batik, Perwakilan rumah tangga miskin (terutama dari kepala keluarga perempuan), kelompok difabel, tokoh Agama, KPMD Kec. Susukan dan Kab. Banjarnegara.

Di Gumelem Kulon, saat ini usulan kelompok perempuan yang telah masuk dalam program Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) di antaranya adalah pembangunan gedung Pos PAUD di RW 2,4,5,9,10, dan 11. Selain itu juga ada anggaran khusus untuk para pengajar Pos PAUD, jambanisasi dan pembangunan sarana mandi cuci kakus (MCK) serta ketersediaan sarana air bersih.

Perempuan terlibat dan aktif mengikuti proses Musdes.

Sementara usulan kelompok perempuan tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) untuk pengelolaan mata air direspon baik oleh Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Banjarnegara, Imam Purwadi. Meskipun, usulan ini belum masuk dalam RPJMDesa. Dalam satu kesempatan, Imam Purwadi mengungkapkan akan mengupayakan agar BUMDesa ini bisa segera diwujudkan.

Gagasan BUMDesa untuk pengelolaan sumber mata air di Gumelem Kulon muncul setelah salah satu peserta Sekolah Perempuan, Tursiyem, melakukan identifikasi sumber daya alam (SDA) di desanya. Dia menemukan bahwa begitu terdapat 15 sumber mata air yang belum didistribusikan secara merata ke rumah-rumah warga. Dari hasil identifikasi tersebut, dia merekomendasikan berdirinya BUMDesa untuk mengelola sumber mtaa air.

Identifikasi aset dan potensi desa adalah salah satu tahapan pemetaan aset dan potensi desa yang telah dilakukan peserta Sekolah Perempuan. Proses identifikasi aset dan potensi dilakukan setelah mereka menyepakati instrumen yang disepakati bersama. Kemudian, mereka terjun ke desa untuk melakukan penggalian data dengan wawancara mendalam ke narasumber atau informan disertai pelacakan data dari penelitian, buku, maupun media lainnya.

Kini, selain rekapitulasi data aset dan potensi desanya, kelompok perempuan juga telah memiliki data visual peta aset dan potensi desa. Didukung dokumen berupa narasi aset dan potensi desa, baik aset Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Keuangan, Sosial, Kelembagaan, Spiritual Budaya, maupun aset Fisik atau Infrastruktural. [Alimah]

Sebelumnya dimuat di: http://sekolahdesa.or.id/2015/08/29/saatnya-perempuan-bersuara/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun