Mohon tunggu...
Okta Sesite
Okta Sesite Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Caper dan Pansos, Antara Pengakuan dan Kesia-siaan

4 Juni 2023   15:39 Diperbarui: 4 Juni 2023   15:52 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samantha Garrote | Pexels

Caper dan pansos, adalah dua fenomena yang kerap terlihat dalam kehidupan sehari-hari di zaman now. Bagi sebagian orang, kedua hal tersebut dapat menjadi alat untuk mencari perhatian atau mendapatkan popularitas di tengah masyarakat.

Namun, dalam pengalaman pribadi saya, caper dan pansos justru meninggalkan kesan yang kurang menyenangkan.

Saya pernah mengikuti sebuah acara komunitas yang dihadiri oleh sejumlah orang dengan berbagai latar belakang. Di antara mereka, ada individu yang sering melakukan caper.

Ia selalu berusaha menonjolkan diri, mencari perhatian dengan cara yang kurang menyenangkan. Ia kerap memotong pembicaraan orang lain, menceritakan pengalaman-pengalamannya yang lebih menonjol, atau bahkan berbicara dengan suara yang lebih keras dari yang lain.

Usahanya untuk mencuri perhatian sebenarnya tidak membuat orang terkesan, tetapi malah menciptakan ketidaknyamanan dalam suasana acara.

Di sisi lain, ada juga mereka yang gemar melakukan pansos. Mereka menggunakan media sosial sebagai alat untuk menunjukkan diri mereka yang dianggap lebih istimewa daripada orang lain.

Mereka selalu memamerkan apa yang mereka miliki, tempat-tempat mewah yang mereka kunjungi, atau pertemuan dengan tokoh terkenal.

Mereka sering kali terlalu sibuk mencari pengakuan dari orang lain, sehingga lupa akan nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya. Dalam pengalaman saya, caper dan pansos hanya mencerminkan ketidakpercayaan diri dan kebutuhan akan validasi dari orang lain.

Seseorang yang benar-benar percaya pada dirinya tidak perlu berusaha keras untuk mencuri perhatian atau mendapatkan popularitas. Sebaliknya, mereka dapat fokus pada pengembangan diri dan memberikan kontribusi positif kepada orang lain.

Seorang pelaku pansos seolah berusaha mengubah dirinya menjadi manusia setengah ikan, dengan mengenakan sirip palsu dan mengumbar aksi di kolam renang umum, semata untuk mencuri perhatian orang-orang yang sedang berenang.

Melalui pengalaman tersebut, saya belajar bahwa mencari perhatian atau popularitas semata tidak akan membawa kebahagiaan yang sejati.

Sebaliknya, kebahagiaan sejati terletak pada rasa percaya diri dan penghargaan dari dalam diri sendiri. Lebih baik kita berusaha menjadi diri kita yang terbaik, dengan berfokus pada pencapaian dan kontribusi yang positif bagi diri sendiri dan orang lain.

Dalam hidup ini, penting untuk memilih nilai yang benar-benar berarti dan tidak terjebak dalam siklus mencari perhatian dan pansos yang hanya akan meninggalkan kesan dangkal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun