“Nah, ini Anwar, anak lelaki ibu satu satunya”, jelas si ibu pada Jesika.
Remaja tampan itu mengangguk sekali dengan senyum tipis sambil malu-malu menatap Jesika. Sebaliknya Jesika membalasnya dengan antusias dan segera memperkenalkan namanya.
“Hai ! Aku Jessika”, katanya.
Sekali lagi, remaja tampan itu membalas salam perkenalan hanya dengan sekali anggukan dan senyum tipisnya yang memikat Jessica. Si ibu yang tanggap atas respons Jesika, bergegas pamit dengan alasan hendak ke rumah tetangga. Sebelum pergi, si ibu tak lupa berpesan pada anak lelakinya itu agar melayani Jesika yang belum pulih betul kondisinya.
Jessica senang sekali atas kepergian si ibu. Kini dia bisa lebih leluasa berduaan dengan remaja tampan bernama Anwar itu. Jesika pun lupa diri, tersihir oleh ketampanannya. Tak lagi ingin mengingat-ingat kejadian apa gerangan yang telah dialami sebelumnya. Dia amini saja cerita si ibu tadi. Dia yakin sedang berada di rumah penduduk desa sekitaran kompleks gedung kampusnya yang baru. Jika sudah pulih kondisinya, toh dia bisa kembali lagi pulang ke rumah. Besok-besok juga tak jadi soal. Palingan mamanya menyangka dia terpaksa numpang tidur di rumah kost temannya karena banyaknya tugas kuliah yang mesti diselesaikan.
“Mas Anwar, ini kain kompresnya sudah agak kering nih…! Tolong diganti dong!” kata Jesika sedikit merengek.
Anwar segera mendekat. Dengan sigap diambilnya kain handuk yang menempel di dahi Jesika, dicelupkan lagi ke dalam baskom, diperas, lalu ditempelkan kembali ke tempat semula. Jesika girang bukan kepalang, bak seorang fans boyband yang dapat kesempatan bertemu idolanya. Rasa sakit di kepalanya pun hilang seketika!
Anwar dalam pandangan Jessica adalah tipe pria pemalu. Adalah sudah menjadi kegemaran Jessica untuk menggoda lelaki yang seperti itu. Jessica memang hobi gonta-ganti pacar, semuanya bertipe seperti Anwar yang pemalu, pendiam dan takut-takut sama perempuan. Tak puas hanya memandang saja, Jessica pun kembali bersiasat. Disuruhnya anwar membantunya bangkit dari rebahan, dengan begitu dia bisa merasakan sentuhan tangan anwar pada kedua lengannya.
Begitu Anwar melakukan apa yang diminta Jesika, wajah mereka berdua pun begitu dekatnya. Tak kuasalah Jesika menahan Hasrat. Dengan refleks, diciumnya pipi Anwar. Yang dicium pun kaget, kulit wajahnya yang tadinya putih seketika jadi tersipu kemerahan. Jesika sendiri juga kaget, sadar bahwa dia telah hilang kendali. Dipandangnya wajah anwar dengan tampang menyesal. Tapi diluar dugaan, Anwar justru membalasnya dengan tatapan teduh. Tangannya yang semula menopang tubuh Jesika, kini beralih membelai rambutnya dengan lembut. Wajahnya malah semakin didekatkan ke wajah Jessica. Jantung Jessica yang sedari tadi sudah berdebar-debar, kini meletup-letup tak karuan kayak petasan. Diraihnya punggung leher anwar demi bisa segera berciuman.
Dua insan remaja belia masing-masing telah kehilangan kesadarannya. Keduanya saling beradu dalam permainan nafsu menggebu. Saling berpagut bibir sambil menelanjangi tubuh masing masing. Desah nafasnya bersahut-sahutan, diselingi dengan lengguhan-lengguhan eksotis. Tanpa mereka sadari, si ibu mengintip dari balik pintu kamar sambil tersenyum geli.
Bagian 3