"Aku yakin, Fer !" jawab tegas Pak Hamdan.
" Rumah itu dibeli bapakmu ketika kamu belum lahir, lalu didiamkan tanpa ada yang menempati. Rumah seperti itu biasanya kemudian ditempatu mahkluk halus."
"Tapi aku sendiri tak punya ilmu untuk menghadapi mahkluk semacam itu. Sebaiknya ayo kita temui kawan bapak mondok di pesantren dulu ! Dia punya ilmunya. Nanti biar dia yang mengatasi masalah ini."
"Baiklah Pak, saya ikut", jawab Ferdy.
Akhirnya dua orang itu menemui Kyai Hanafi di rumahnya. Kawan sekolah Pak Hamdan di pondok pesantren dulu. Setelah berbasa-basi sebentar sebagai kawan lama, Pak Hamdan segera menceritakan masalahnya kepada Kyai Hanafi sekalian meminta bantuannya. Mendengar itu, Kyai Hanafi segera pamit sejenak masuk ke kamarnya. Setelah selesai dzikir, Kyai Hanafi segera keluar lagi menemui mereka berdua sambil tersenyum.
" Besok Malam Jum'at kita berkumpul saja di rumah Ferdy. Cari orang lagi supaya genap ada 7 orang termasuk kita", kata Kyai Hanafi.
Pada hari yang ditentukan, sekitar ba'da isya' persis, 6 orang termasuk Ferdy dan Pak Hamdan terlihat sudah berkumpul di kediaman Ferdy. Tak lama Kyai Hanafi muncul. Sampai depan pintu, dia berhenti sejenak mengheningkan cipta.
"Nak Ferdy, tolong semua lampu di dalam rumah dimatikan semua ! Biar lampu yang di emperan luar rumah saja yang menyala", perintah Kyai Hanafi kepada Ferdy tiba-tiba.
Ketujuh orang itu kemudian berkumpul di ruang tengah dalam kondisi gelap-gelapan. Dengan dipimpin Kya Hanafi, do'a - do'a dipanjatkan. Lalu ayat-ayat suci dibacakan bersama-sama dilanjut dzikir.
Sekitaran 1 jam ketujuh orang itu melakukan ritual, mendadak muncul suara perempuan tua mengaduh kesakitan. Kyai Hanafi segera memberi komando agar dzikir dihentikan sehingga suara nenek-nenek tersebut makin terdengar jelas. Semua bisa mendengar suaranya, tapi hanya Kyai Hanafi yang bisa melihatnya.