Pada hari Minggu, 23 April 2023 saya mencoba untuk berlibur ke pantai Menganti Kebumen. Kata orang, pantai Menganti merupakan New Zealandnya Indonesia tapi menurutku, pantai Menganti itu surganya kota Kebumen. Bagaimana tidak excited, karena pantai Menganti sendiri memiliki keindahan alam yang memukau.Â
Kemarin saja saat saya kesana sudah dipadati oleh wisatawan lokal bahkan wisatawan luar daerah. Dengan begitu seharusnya kita bangga berwisata di Indonesia karena Indonesia memiliki tempat wisata yang beragam dengan keindahan alam yang menakjubkan. Masih ada banyak keindahan alam Indonesia lainnya yang mesti kita kunjungi.
Nah, pantai Menganti ini bisa dikatakan surganya kota Kebumen karena bagi saya pantai ini memang sangat indah baik pemandangan alamnya, suasana pantainya yang begitu sejuk, airnya bening serta berpasir putih.Â
Untuk ke pantai ini pun saya harus menunggu sekitar 2 tahun lamanya untuk bisa kesini. Karena tempat ini memang selalu ramai dipadati wisatawan. Ketika saya mengajak keluarga berlibur ke pantai ini dari dulu mereka selalu tidak mau karena mereka memang tahu jalan atau jalur ke pantai ini cukup mengerikan.
Jalan untuk menuju pantai ini sangatlah tidak mudah, kita harus melewati jalan yang begitu menanjak dan berliku seperti jalur pendakian gunung. Bahkan banyak pengendara baik motor dan mobil yang macet di tengah-tengah jalan saat melewati jalan menuju pantai Menganti ini. Beberapa kendaraan terpaksa disuruh berbalik arah dan mencari tempat wisata yang lain.
Alhamdulillah, libur lebaran tahun ini saya diberi kesempatan untuk healing ke pantai yang indah ini. Pada siang hari yang cerah di musim libur lebaran, saya menyempatkan waktu berlibur ke pantai Menganti dengan bekal seadanya dan menggunakan motor AAGIM alias Agak Agak Gimana hehe.Â
Saya berangkat pukul 13.00 WIB menaiki motor bersama dengan adik dan paman. Ya, kami boncengan motor bertiga. Nampak tidak mungkin bisa menuju pantai ini dengan motor yang gak bagus-bagus banget. Tapi akhirnya dengan penuh keyakinan bahwa kami pasti bisa sampai ke tempat yang diinginkan, kami pun terus berjalan meskipun perlahan dan akhirnya kami pun sampai tujuan.
Padahal jarak yang kami tempuh cukup jauh, memakan waktu sekitar 3 jam dari rumah. Di pertengahan jalan yang cukup macet tidak karuan, akhirnya kami bisa menikmati pantai Menganti yang indah.Â
Meskipun di tengah-tengah jalan motor sering macet dan mogok, sehingga kami harus turun dari motor menuntun motor perlahan sambil berjalan. Setiap kali melewati jalan menanjak, motor selalu mogok hehe.Â
Kami pun terpaksa harus berjalan dengan perlahan melewati tanjakan yang berliku. Bahkan ada beberapa wisatawan lain pun ikut berjalan sambil menuntun motor mereka karena tidak kuat menanjak. Sambil berjalan kami pun saling mengobrol dan berkenalan bahkan kami pun bercerita tentang kisah kami melewati jalur menanjak dan berliku ini.
Yups, perjalanan ke pantai ini seolah menjadikan ajang untuk bersilahturahmi di Hari Raya Idul Fitri yang kedua, kami saling berkenalan dan bertukar pendapat dengan wisatawan lainnya. Bagaimana tidak, kami justru mendapatkan banyak teman baru, cerita baru, dan pengalaman baru. Hingga kami pun akhirnya bisa sampai pada tujuan kami yaitu menikmati keindahan pantai Menganti.
Tiket masuk pantai Menganti sebesar Rp. 20.000,- per orang. Dan didalam ada beberapa fasilitas seperti area parkir yang luas, musholla, tempat makan, toilet, spot foto, bahkan ada area camping dan tempat menginap.
Camping di atas bukit dengan pemandangan pantai Menganti yang indah bisa membuat healing kita semakin asik dan seru. Disediakan juga penginapan dengan fasilitas yang memadai.
Lucunya dan serunya lagi ketika aku dan adikku mengumpulkan uang recehan yang tersebar di sepanjang jalan menuju pantai Menganti. Uang dua ribuan dan receh lima ratusan akhirnya berhasil terkumpul menjadi sepuluh ribu. Akhirnya dari uang itu pun kami membeli air minum dingin di atas bukit dan mendapat 3 botol air dingin, seru juga ya hehe.
Di sepanjang jalan pantai Menganti pun selalu tersedia warung tempat makan. Makanan yang dijual beragam ada pop mie, tempe mendoan, lontong, es kelapa muda, berbagai macam masakan sea food dan lain-lain.Â
Aku, adikku dan paman pun memesan tempe mendoan, pop mie, lontong dan air minum dingin. Cukup kenyang hanya dengan makan tempe mendoan dan lontong saja dan sebagai pengganjal perut yang lapar. Harga makanannya pun cukup murah, mulai dari harga Rp. 5.000,-sampai dengan Rp. 20.000,-.
Setelah kami kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan. Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, kami pun bergegas menyaksikan sunset yang indah di pantai Menganti yang kami lihat dari atas bukit. Sampai jam 17.00 WIB, kami pun turun melihat pantai Menganti dari bawah. Kami melihat pasir putih dan banyak bebatuan dengan ombak yang menggulung tenang.Â
Airnya bening dan bersih, terdapat beberapa ikan kecil-kecil, bintang laut dan binatang laut yang berduri, orang-orang menyebutnya bulu babi. Bentuknya bulat, berwarna hitam dan penuh dengan duri. Jika terkena kaki akan terasa sangat menyakitkan. Saya pun tidak berani melepas sepatu saya meskipun saya ingin sekali menikmati dinginnya dan beningnya air pantai Menganti ini.
Diantara bebatuan kami pun menemukan beberapa kepompong laut atau biasa disebut dengan kelomang, ada juga yang menyebutnya dengan umang-umang. Adikku suka sekali dengan binatang yang satu ini. Ia pun menemukan banyak dan mengumpulkannya dalam botol untuk dibawa pulang.
Setelah menikmati pantai dari bawah dan menikmati sunset kami pun berjalan menuju jembatan merah. Dimana jembatan ini merupakan jembatan yang bagus untuk spot foto namun sayangnya kami kesana susananya sudah gelap karena sudah memasuki waktu Magrib. Kami pun berfoto-foto sebentar lalu bergegas pulang.
Di tengah jalan menuju pulang kami pun harus melewati jalan yang sama. Saat jalan menanjak motor kami mogok, kami pun hampir terjatuh dari motor. Kami terpaksa berjalan sambil menuntun motor yang mogok. Kami berjalan perlahan di jalan menanjak dan berliku serta gelap karena hari pun hampir malam. Untungnya, ada petugas-petugas di sekitar jalan pantai Menganti yang baik hati menolong kami untuk mengantar kami sampai di gerbang keluar pantai Menganti.
Kami pun selamat dan melanjutkan perjalanan pulang. Disepanjang perjalanan pulang, hujan deras pun mengguyur kami. Tiba-tiba ditengah perjalanan motor kami pun mogok lagi dan tidak bisa berfungsi dengan baik.
 Kami pun berteduh di warung makan. Kami mencoba menelpon keluarga untuk menjeput kami namun tidak ada yang merespon. Terpaksa akhirnya kami pun berteduh di warung makan hingga malam sekitar jam 22.00 WIB. Hingga pada akhirnya, ada orang yang baik hati menolong kami, mengantar kami pulang ke rumah.
Itulah keseruan healing ke pantai Menganti Kebumen. Semoga suatu saat kita bisa menikmati keindahan pantai Menganti ini lagi dan sudah sepatutnya dengan beragam keindahan alam Indonesia yang menakjubkan, menjadikan kita bangga berwisata di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H