Mohon tunggu...
gabriela sekar
gabriela sekar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obat Anti Inflamasi, Nyeri Hilang Nyawa Melayang?

25 Oktober 2017   15:52 Diperbarui: 25 Oktober 2017   15:59 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hai para pembaca! Kalian pasti ingin kan bentuk tubuh yang ideal dan sehat? Bagaimana ya caranya? Dari makan makanan yang bergizi sampai diet ketat pun kita dilakukan. Ngga jarang juga banyak orang yang memilih olahraga sebagai cara mereka untuk mendapatkan bentuk tubuh idaman, yang pastinya melibatkan kerja otot -- otot kita. Pernah ngga sih kita merasakan ngilu atau nyeri saat sedang berolahraga? Nah kalau sudah nyeri seperti ini kita dapat menghilangkan rasa nyeri ini dengan obat anti inflamasi. Namun apakah obat anti inflamasi itu sepenuhnya bagus untuk tubuh, terutama otot kita?

Sebelumnya apa sih inflamasi itu? Inflamasi atau sering dikenal juga dengan istilah peradangan adalah suatu respon dari tubuh kita berupa rangsangan terhadap kerusakan yang dapat menyebabkan infeksi dalam tubuh, yang bisa berbentuk perlawanan atau perlindungan. Kerusakan atau gangguan tubuh seperti memar karena anggota badan terbentur suatu benda, sakit gigi dan lain -- lain. Biasanya gejala yang paling sering dialami adalah rasa nyeri, kemerahan, pembengkakan.  Jika tidak terdapat inflamasi, maka kerusakan dalam tubuh kita dapat menjadi semakin parah. 

Namun jika terdapat terlalu banyak inflamasi maka dapat mengakibatkan demam, atherosclerosis, dan reumathoid arthritis. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus dan juga bakteri. Nyeri atau peradangan adalah salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap infeksi. Jadi bila kita sedang terluka atau terlalu lelah lalu merasakan nyeri maka dapat dikatakan bahwa tubuh kita sedang melakukan perlindungan diri atau perlawanan terhadap bakteri atau virus tersebut.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa inflamasi itu adalah suatu respon tubuh berupa rangsangan. Rangsangan ini menyebabkan mediator inflamasi lepas seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin. Terlepas nya enzim ini mengakibatkan adanya radang dan nyeri, dimana hal ini dapat menjadi hal yang baik karena saat kita merasakan radang atau nyeri maka dapat diketahui bahwa tubuh kita sedang melakukan perlawanan terhadap infeksi atau kerusakan dalam tubuh. Rangsang yang memicu  adanya mediator ini menandakan bahwa ada "sesuatu" yang salah pada tubuh kita sehingga berpengaruh pada selaput membran sel yang bernama phosphatidylcholine dan phospatidylinositol.

 Jika terjadi luka maka membran ini juga akan terkena dampaknya sehingga menyebabkan leukosit melepaskan lisosomal dan arakidonat. Nah asam arakidonat ini akan menjadi dua cabang yaitu siklooksigenasi atau dikenal juga dengan sebutan COX dan cabang yang lainnya adalah lipooksigenasi. Di COX atau siklooksigenasi inilah prostaglandin dan thromboxane dibuat. Prostaglandin itu adalah mediator inflamasi dan nyeri, hal ini dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema atau dikenal juga dengan pembengkakan. Nah lalu thromboxane itu apa ya? 

Thromboxane ini menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi (penggunpalan) platelet.  Sementara pada enzim lipooksigenase, arakidonat ini yang menghasilkan leukotrien yang menyebabkan vasokontriksi dan bronkokonstriksi. Mungkin setelah membaca penjabaran diatas dan mendengar kata vasokontriksi dan bronkokonstriksi membuat kalian bertanya -- tanya apa sih itu? Nah dimulai dari vasokonstriksi dahulu. Vasokonstriksi adalah penyempitan pembuluh darah. 

Dari sini kita dapat mengetahui bila pembuluh darah kita menyempit maka dapat menyebabkan pengurangan jumlah darah yang mengalir ke seluruh tubuh. Seperti selang air yang ditekan ujungnya sehingga luasnya berkurang atau menyempit, air yang keluar akan menjadi lebih kencang. Hal ini sama dengan pembuluh darah kita, bila terlalu sempit maka aliran darah akan semakin kencang yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah.  Sementara itu bronkokonstriksi adalah penyempitan saluran udara melalui bronkus paru -- paru.  Hal ini dapat menyebabkan terjadinya asma.

Nah kembali lagi ke rasa nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri inilah diciptakan lah suatu obat yang disebut juga dengan obat anti inflamasi, yang tentunya berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri akibat  kerusakan dalam tubuh. Obat anti inflamasi ini bermacam -- macam contohnya seperti ibuprofen, naproxen, aspirin, indometacin, diklofenak, dan juga nabumetone. Obat -- obat ini dapat mengurangi peradangan atau nyeri pada tubuh.

Obat anti inflamasi ini terdapat 2 macam yaitu obat anti inflamasi steroid dan obat anti inflamasi non streroid atau dikenal juga dengan Non Steroidal Anti-Inflammation Drugs atau NSAID. Obat ainti inflamasi non steroid ini termasuk jenis yang heterogen, yang berarti setiap jenisnya mempunya susunan kimia yang berbeda satu dengan yang lain. 

Persamaan obat ini adalah memliki fungsi yaitu untuk anti inflamasi atau untuk mengurasi peradangan, anti piretik untuk menormalkan suhu tubuh, dan juga mempunyai fungsi analgesik untuk pereda nyeri. Sebenarnya obat anti inflamasi steroid maupun non steroid mempunyai fungsi yang sama yaitu sama -- sama mengurangi rasa nyeri. Lalu apa perbedaanya? Perbedaannya dapat dilihat dari sejauh mana obat ini bekerja. Obat anti nyeri steroid cenderung lebih dini dalam merespon nyeri pada tubuh sehingga obat jenis ini cocok unutk jenis trauma atau kerusakan yang lebih berat. Sedangkan jenis non steroid lebih cocok untuk jenis luka dan trauma yang lebih ringan.

Cara kerja obat anti inflamasi steroid atau Non Steroidal Anti-Inflammation Drugs (NSAID) ini didasarkan pada penghambatan siklooksigenasi (COX). Siklooksigenasi terdapat dua macam yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 ini terdapat pada kondisi normal manusia unutk proteksi lambung dan ginjal sedangkan COX-2 hanya terdapat bila terjadinya inflamasi. Sehingga COX-2 ini juga menjadi penanda bagi tubuh bahwa terdapat peradangan.

Nah dengan ini dapat diketahui bahwa penggunaan NSAID dapat menghambat COX, sementara COX berfungsi untuk perlindungan lambung dan ginjal. Sama seperti kemoterapi pada kanker yang membunuh semua sel termasuk sel yang "baik" dan yang "buruk", NSAID juga menghambat kedua COX ini yang padahal berguna bagi tubuh.

Dengan penjelasan yang sudah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa obat anti inflamasi itu sebenarnya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan otot yaitu dengan menghambat perkembangannya. Lho kok bisa? Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa bila kita terluka atau memar, pasti akan merasakan rasa nyeri. Nyeri ini terjadi karena mediator inflamasi yang lepas sehingga menimbulkan rangsang. Nah dari rangsang ini kita tahu bahwa ada sesuatu di dalam tubuh kita yang rusak, sehingga leukosit melepaskan lososomal dan arakidonat. 

Arakidonat ini akan membentuk prostaglandin. Nah prostaglandin inilah yang memberi "sinyal" ke otak bahwa ada sesuatu dalam diri kita yang salah atau rusak sehingga tidak berjalan sesuai fungsinya. Dengan diterima sinyal ke otak, maka otak akan "memerintahkan" sel -- sel yang terdapat kerusakan untuk memperbaiki dirinya. Dengan begini otot kita juga  ikut berkembang untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Nah dapat dibayangkan kan kalau misalnya kita menggunakan obat anti inflamasi? 

Obat ini saja gunanya untuk menghilangkan rasa nyeri, padahal rasa nyeri ini juga digunakan sebagai sinyal ke otak untuk memperbaiki bagian yang rusak. Dengan digunakannya obat anti inflamasi, maka kita tidak merasakan nyeri karena sifat obat ini yang dapat menghilangkan rasa nyeri pada tubuh. Sehingga otak tidak dapat menerima "sinyal" dari prostaglandin karena tidak ada mediator inflamasi yang lepas yang dapat menimbulkan rangsang. 

Maka tubuh tidak mendapatkan perintah apapun dari otak karena otak tidak mendapatkan "sinyal" adanya kerusakan pada tubuh, padahal jelas -- jelas terjadi kerusakan pada tubuh. Dengan demikian otot yang seharusnya berkembang dan bertumbuh saat proses penyembuhan luka menjadi tidak ada. Sehingga otot tidak dapat berkembang dengan baik akibat dari obat anti inflamasi. Ini adalah salah satu bukti bahwa obat anti inflamasi sebenarnya dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot.

Alasan lain bahwa obat anti inflamasi itu dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan otot adalah terhambatnya COX-2. Lalu mengapa hal ini dapat berpengaruh terhadap otot? Sama seperti prinsip kemoterapi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya yang membunuh sel -- sel di dalam tubuh kita. Saat kita mengkonsumsi obat anti inflamasi, maka rasa nyeri dalam tubuh kita akan teratasi tetapi bukan itu saja efek yang ditimbulkan dari obat anti inflamasi ini. Obat ini juga menyebabkan terhambatnya COX atau siklooksigenase.  Dengan terhambatnya COX-2, menurun aktivator plasminogen jenis urokinase, makrofag akumulasi, dan proliferasi sel, yang semuanya dibutuhka hipertrofi setelah ablasi sinergis. COX-2 diperlukan untuk skeletal Hipertrofi otot, mungkin melalui fasilitasi ekstraselular aktivitas protease, akumulasi makrofag, dan proliferasi sel. peradangan; obat antiinflamasi nonsteroid; makrofag; otot pertumbuhan.

Obat anti inflamasi digunakan untuk mengurangi nyeri otot atau nyeri yang bisa diakibatkan olahraga, atau pelatihan ketahanan intensitas tinggi. Namun, studi mengatakan bahwa peradangan akut berguna untuk perbaikan dan pertumbuhan otot skeletal. Dengan obat antiinflamasi nonsteroid biasa (NSAID) dapat mengurangi sintesis protein otot postexercise dan juga menghambat hipertrofi otot dan mengurangi kekuatan dan produksi torsi selama pemulihan jangka panjang dari cedera.

Padahal sebenarnya hipertofi otot ini disebabkan dari adanya kontraksi otot yang berlangsung pada kekuatan maksimal atau secara normal, sehingga dengan kata lain otot akan mengalami pembesaran. Dengan dikonsumsinya obat anti inflamasi maka perkembangan COX-2 terhambat, padahal COX-2 diperlukan untuk skeletal hipertrofi otot yang menandai adanya kontraksi otot sehingga otot dapat mengalami pembesaran.

Alasan selanjutnya ada pada kortikosteroid. Kortikosteroid merupakan salah satu obat anti inflamasi yang dapat dipakai secara luas untuk mengobati beberapa kondisi medis. Biasanya obat ini dapat digunakan untuk meredakan gejala pembengkakan, kemerahan, gatal -- gatal, dan juga reaksi alergi.  Kortikosteroid merupakan suatu replika dari hormon manusia yang biasanya diproduksi oleh kelenjar adrenal, dimana kelenjar adrenal merupakan dua kelenjar kecil yang berada di atas ginjal. Obat ini tergolong jenis obat yang keras, sehingga memiliki efek samping yang bisa sangat serius.

Pada jarigan otot, kortikosteroid dengan konsentrasi yang setimbang, diperlukan bagi metabolisme pemeliharaan. Berubahnya kesetimbangan tersebut dapat menyebabkan berbagai kelainan, seperti saja meningkatnya aldosteron yang dapat menyebabkan simtoma hipokalemia yang membuat otot menjadi tidak bertenaga, sedangkan kadar glukokortikoid yang tinggi akan menyebabkan degradasi otot melalui lintasan katabolisme protein. Nah bila kita mengkonsumsi obat anti inflamasi kortikosteroid terlalu banyak  maka tidak mustahil apabila jaringan otot yang mengalami inflamasi akan mengalami proses pembentukan kembali yang sangat lamban atau bahkan tidak terjadi proses pembentukan. Maka dari itu pertumbuhan otot berpenharuh pada jaringan otot yang rusak.

Jadi dari argumen -- argumen diatas dapat disimpulkan bahwa, mengkonsumsi obat anti inflamasi dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan otot. Sebenarnya tidak apa -- apa bila kita ingin mengkonsumsi obat anti inflamasi, asalkan kita tetap memastikan apakah dosis yang kita gunakan itu pas atau berlebihan. Karena semua hal yang berlebihan itu tentu nya tidak baik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun