Era digital merupakan masa dimana ruang waktu menjadi tak terbatas. Pagi, siang, sore, hingga malam, informasi dapat dibagikan kepada siapa saja dan dimana saja. Keberadaan internet dan sosial media menjadikan informasi dapat berkembang secepat kilat, hitungan menit bahkan detik jutaan mata dapat melihat kondisi terkini.Â
Tidak sekedar itu, kemajuan era digital membuat segala aktivitas dan kebutuhan manusia menjadi lebih mudah. Penjual dan pembeli dapat bertransaksi tanpa bertatap muka, berbagai situs jual beli online telah menjadi teman masyarakat dalam mencari dan membeli barang keinginan.Â
Sistem pendidikan pun tidak luput ketinggalan untuk merasakan dampak dari era digital, materi sekolah maupun kuliah bisa didapat tanpa membeli tumpukan buku. Kini, bukan hanya kantor pos perantara berbalas pesan, surat elektronik atau biasa disebut email menjadi jalan keluar bagi mereka yang ingin berkirim pesan meskipun jarak memisahkan.
Tampak indah bila diceritakan memang keuntungan dari era digital di tengah kehidupan masyarakat. Namun sayangnya, kemajuan era digital seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bijak dalam menggunakannya. Seperti yang kita ketahui, era digital membuat informasi dapat beredar dengan cepat, namun bagaimana jika informasi yang dibagikan adalah hoaks semata?
Hoaks atau dalam bahasa Inggris disebut Hoax, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti 'berita bohong'. Hoaks merupakan berita/informasi yang disampaikan kepada khalayak umum dan berisi suatu kebohongan atau berita yang tidak benar adanya. Hoaks seringkali digunakan untuk menggiring opini publik dengan tujuan tertentu.Â
Pada berbagai bidang seperti dunia hiburan, panggung politik, bahkan topik agama pun seringkali menjadi sasaran empuk para penyebar hoaks melalui media sosial. Tidak bisa dipungkiri, dampak negatif pada era digital seperti fenomena hoaks merupakan ancaman yang harus di perhatikan di tengah masyarakat.Â
Bayangkan saja, satu artikel yang berisikan hoaks dan tersebar di dunia maya bisa berujung pertengkaran yang melibatkan pihak-pihak bersangkutan, parahnya lagi jika dibarengi dengan adu fisik hingga berujung pada meja hijau.
Pada dasarnya hoaks dapat menyebar sangat cepat melalui dunia maya karena masyarakat sendiri mudah menerima begitu saja hoaks yang beredar, kemudian saling membagikan kepada ruang-ruang komunitas pada setiap akun media sosial yang dimilikinya. Tidak cukup disitu, lidah pun tidak bisa dicegah untuk memperbincangkan berita yang kebenarannya sendiri masih dipertanyakan.Â
Hoaks di tengah masyarakat bagaikan api pada suatu sumbu, tanpa bahan bakar api tidak akan menyebar begitu saja dan berakibat fatal. Namun sebaliknya, sumbu yang diberi minyak tanah atau bensin dengan sekejap akan terlahap api tanpa permisi. Begitulah dengan hoaks, masyarakat yang buta informasi dan dengan mudahnya tersulut oleh berita hoaks akan menjadi bahan bakar dari penyebaran hoaks sendiri dan menyebabkan serentetan dampak-dampak negatif lainnya di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, besar peran masyarakat maupun pemerintah dalam hal ini termasuk pihak-pihak terkait dalam mengantisipasi adanya hoaks di tengah masyarakat Indonesia.Â
Salah satu elemen pemerintahan yang dapat memegang andil dalam permasalahan akan adanya hoaks adalah Kementerian Agama Republik Indonesia yang dipimpin oleh seorang Menteri Agama.Â
Kementerian Agama adalah kementerian di Indonesia yang memiliki peran dalam pengelolaan dan penyelenggaraan baik dalam fungsi pemerintahan maupun fungsi administratif di bidang keagamaan di Indonesia. Seperti yang kita ketahui sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung isi dari Pancasila sila pertama, agama merupakan salah satu hal penting pembentuk karakter seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Rajin membaca supaya pandai
Agar tak menyesal di hari nanti
Ijinkan saya untuk berandai-andai
Andaikan saya jadi Menag nanti
Menjadi seorang Menag bukan menjadi perkara mudah, di tengah keberagaman masyarakat Indonesia, amanah ini harus dijaga dan dilakukan dengan baik. Ada beberapa hal yang terngiang di benak pikiran saya sebagai seorang mahasiswa yang tengah berandai-andai menjadi seorang Menag di Negara Indonesia.Â
Mari ijinkan saya menyebut program ini bernama "Progam P3K" untuk menghadapi fenomena hoaks di tengah masyarakat Indonesia. P3K? Iya, Pendidikan Pada Pengembangan Karakter masyarakat Indonesia. Pada "Program P3K"Â terdapat kata kunci utama yang menjadi fokusan dalam program ini yakni: Pendidikan, Pengembangan, dan Karakter.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan tidak diartikan dalam lingkup sempit yakni kegiatan di atas bangku kelas pada umumnya. Lebih dari itu, pendidikan adalah kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan suatu informasi, ilmu pengetahuan, ataupun peningkatan kompetensi pada suatu kelompok tertentu. Pendidikan berkualitas yang ada di tengah masyarakat diharapkan dapat menumbuhkan masyarakat yang berkualitas pula.Â
Masyarakat yang tidak mudah menelan mentah-mentah berita hoaks tanpa ada bukti kebenarannya. Masyarakat dengan pendidikan yang mumpuni akan menjadi masyarakat yang terbuka akan kondisi terkini mengenai negeri sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang menginginkan perpecahan.
Berita hoaks dapat muncul pada berbagai topik, misalnya kandungan bahan kimia pada makanan yang disampaikan tanpa analisis lebih lanjut atau seperti teknik pengobatan tradisional yang justru dapat menelan korban jiwa. Pendidikan yang memegang peran penting dalam hal ini, dengan adanya informasi dan wawasan mengenai hal-hal terkait, masyarakat akan lebih tergerak untuk mencari tahu terlebih dahulu sebelum mempercayainya begitu saja.
2. Pengembangan
Pengembangan adalah upaya dalam rangka mengadakan suatu peningkatan baik pada peningkatan pola pikir, kompetensi, maupun moral masyarakat. Pengembangan era digital saat ini harus diiringi oleh pengembangan masyarakat, jika tidak masyarakat akan mudah terlindas oleh dampak-dampak negatif yang tidak diinginkan.Â
Pengembangan di tengah masyarakat dapat dilakukan dalam beberapa hal, misalnya pengembangan sistem pendidikan melalui sekolah/pesantren/badan-badan akademik lainnya, pengembangan sarana informasi dan teknologi dengan bantuan elemen pemerintahan agar masyarakat Indonesia dari berbagai daerah dapat mengakses informasi terkini, pengembangan budi pekerti dan moral beragama melalui berbagai kegiatan-kegiatan sosial. Melalui pengembangan yang dilakukan di tengah masyarakat diharapkan masyarakat dapat menghadapi pengembangan yang terjadi pada era digital saat ini.
3. Karakter
Karakter dapat disebut juga sebagai jati diri. Karakter masyarakat Indonesia akan mencerminkan jati diri dari Negara Indonesia. Karakter yang berkembang di tengah masyarakat ibarat pondasi dari suatu kehidupan.Â
Karakter yang baik akan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang berkualitas baik dan begitupula sebaliknya. Karakter dapat diciptakan melalui beberapa langkah, misalnya pada kurikulum sistem pendidikan di Indonesia yang tidak hanya mengedepankan akademik namun juga budi pekerti, kegiatan Karang Taruna atau Remaja Masjid yang diharapkan dapat menumbuhkan karakter berjiwa sosial dan beragama, dan masih banyak lagi langkah untuk menumbuhkan karakter masyarakat yang dapat dilakukan. Dalam hal ini lingkungan masyarakat, keluarga, maupun kerabat terdekat juga memegang peran penting.
"Program P3K"Â di atas merupakan program di benak seorang mahasiswa yang berandai-andai menjadi Menag suatu hari nanti, namun di balik itu semua terdapat harapan besar agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang lebih bijak dalam menghadapi perkembangan zaman, bijak dalam bersikap, dan tentunya menjadi masyarakat yang terbuka dengan informasi dan fakta terkini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H