Indonesia telah secara aktif mengembangkan ekonomi sirkular untuk mengatasi tantangan lingkungan yang ditimbulkan oleh model ekonomi linier tradisional. Ekonomi sirkular bertujuan untuk meminimalkan produksi limbah, mendorong efisiensi sumber daya, dan menciptakan nilai berkelanjutan dengan menutup lingkaran siklus hidup produk.Â
Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia meluncurkan Peta Jalan Ekonomi Sirkular Nasional, yang menyediakan kerangka kerja dan pedoman komprehensif untuk transisi ke ekonomi sirkular. Roadmap tersebut berfokus pada beberapa sektor prioritas, antara lain sampah plastik, tekstil, elektronik, serta pangan dan pertanian.
Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang polusi sampah plastik laut terbesar di dunia. Hal ini merupakan alasan mengapa ekonomi sirkular sangat penting untuk diterapkan demi menjamin kelangsungan hidup di masa depan. Sebagai tanggapan, pemerintah telah menerapkan berbagai inisiatif untuk mengatasi sampah plastik.Â
Misalnya, telah memperkenalkan larangan nasional pada plastik sekali pakai di beberapa wilayah dan menerapkan skema tanggung jawab produsen yang diperluas untuk meminta pertanggungjawaban produsen atas produk mereka. Indonesia juga berinvestasi dalam infrastruktur pengelolaan limbah untuk meningkatkan kapasitas daur ulang dan pengolahan limbah.Â
Pemerintah mendorong pendirian fasilitas pengolahan sampah menjadi energi, pabrik pengomposan, dan pusat daur ulang di seluruh negeri. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah dan mempromosikan pemulihan sumber daya yang berharga.
Dalam sektor pertanian dan kehutanan, Indonesia meluncurkan inisiatif yang meliputi pertanian organik, agroforestry, dan penggunaan energi terbarukan dalam proses pertanian. Langkah-langkah ini membantu mengurangi input bahan kimia, mempromosikan keanekaragaman hayati, dan mendukung mata pencaharian pedesaan.Â
Model bisnis sirkular juga merupakan salah satu upaya pemerintah dalam perkembangan ekonomi sirkular. Berbagai organisasi dan bisnis di Indonesia telah mengadopsi model ini. Model ini meliputi tren peningkatan perusahaan yang merangkul model produk sebagai layanan, berbagi platform, dan memproduksi ulang atau memperbarui produk untuk memperpanjang masa pakainya.Â
Salah satu contohnya adalah Avani Eco, sebuah perusahaan yang memproduksi kemasan biodegradable dan kompos yang terbuat dari sumber daya terbarukan seperti singkong dan tepung jagung.Â
Inisiatif ini membantu mengurangi sampah plastik sekali pakai dan mendorong penggunaan alternatif kemasan yang berkelanjutan. Contoh lain juga muncul dari pemerintah.Â
Kota Bandung telah memperkenalkan program bank sampah, di mana warga dapat menukar bahan daur ulang dengan uang tunai atau insentif lainnya. Ini mendorong daur ulang dan mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke tempat pembuangan sampah atau lingkungan. Pergeseran ini mendorong efisiensi sumber daya dan mengurangi timbunan limbah.