Menurut pengamatan sejauh ini Uni Eropa lebih berpihak pada Kilicdaroglu. Jika Kilicdaroglu dan koalisinya menang, Uni Eropa akan tertarik untuk melihat apakah mereka menepati janji untuk membebaskan pengkritik Erdogan dari penjara, sejalan dengan putusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, dan secara umum meningkatkan standar supremasi hukum. Dan juga upaya untuk memperluas serikat pabean Uni Eropa dan Turki untuk memasukkan lebih banyak barang dan memberikan perjalanan UE bebas visa kepada Turki juga dapat dihidupkan kembali.
Erdogan juga banyak mendapatkan kritik terhadap inflasi yang terjadi secara berlarut-larut. Gagasan Erdogan untuk suku bunga rendah mengakibatkan inflasi melonjak hingga 85% tahun lalu, dan lira merosot ke sepersepuluh nilainya terhadap dolar selama dekade terakhir. Kilicdaroglu telah berjanji untuk kembali ke kebijakan ekonomi yang lebih ortodoks dan memulihkan kemandirian bank sentral Turki.
Dalam kebijakan luar negeri di rezim pemerintahan Erdogan, Turki telah melenturkan kekuatan militer di Timur Tengah dan sekitarnya, menjalin hubungan lebih dekat dengan Rusia, dan melihat hubungan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat menjadi semakin tegang.Â
Namun Turki dan PBB juga menengahi kesepakatan antara Moskow dan Kyiv untuk ekspor gandum Ukraina dan berusaha untuk memperpanjangnya. Kedua kandidat memiliki sisi baik dan buruk berdasarkan penilaian rakyatnya serta negara-negara tetangga, pemilihan presiden ini merupakan hal vital dan dapat menjadi poros penentuan keputusan dalam berbagai sektor serta kebijakan luar negeri di masa depan yang juga berpotensi mempengaruhi sektor-sektor di negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H