Kak Risma dan kak David menggambar beberapa atribut yang harus dibawa, seperti namtag dengan kepala bulat yang harus diisi dengan wajah kita, topi terbuat dari bola, dan kalung dari sedotan yang dihias dengan tutup botol, yang berjilbab esoknya harus dikepang jilbabnya, sedangkan yang tidak berhijab harus di ikat bulet 4 rambutnya.
Tiba-tiba kak Risma berkata, “Oiya dek, besok bawa telur puyuh 8 butir ya? Siapa yang mau bawa?”
Hening.
Semua teman-temanku diam,
“ Ayodong dek, masa buat gugus nya sendiri gamau?” ucap kak Risma yang membuatku spontan mengangkat tanganku yang menandakan bahwa aku yang akan membawa 8 telur puyuh itu.
“Ok, kamu besok bawa 8 telur puyuh ya? Satu telur puyuh harus ditanda tangani sama kakak osis yang tahun lalu dapat angket kakak osis terganteng,” ucap kak Risma.
Tiba-tiba kakak osis yang menjabat sebagai kopasus masuk mushola dan mengetes kami dalam bernyanyi yel-yel gugus,
“Udah hafal belum nih yel-yel gugus nya?” tanya salah satu dari kakak osis itu,
Mostly, teman teman ku menjawab belum hafal, sedangkan aku dengan percaya diri tingkat akhir menjawab bahwa aku sudah hafal,
“Siapa yang bilang udah hafal tadi?” ujar salah satu kakak osis itu, dan temanku dengan mengesalkannya menunjuk ku, aku merasa menyesal telah menjawab pertanyaan tadi dengan jujur.
“Coba sini nyanyi sama ketua gugusnya,”