Mohon tunggu...
Sekar
Sekar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai hai hai🌷 Hopefully you enjoy the article and always be enthusiastic about the hard work you do for a good ending later. Because life is more meaningful if it can be useful for other people, especially yourself. Work hard to achieve your goals with the strength of your youth. With love,Sekar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Penipuan Berkedok Pemeriksaan: Emas 38 Gram Milik Lansia Raib Dicuri

4 November 2024   07:50 Diperbarui: 13 November 2024   20:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi 

Fenomena penipuan dengan teknik hipnotis kini semakin marak terjadi di tempat umum. Banyak pelaku yang memanfaatkan situasi yang dianggap aman untuk menjalankan aksinya. Korban sering kali baru menyadari setelahnya bahwa mereka kehilangan uang, perhiasan, atau barang berharga lain setelah berinteraksi dengan orang asing.

Salah satu korban, A (68), warga Sumedang Utara, menceritakan pengalamannya saat menjadi korban penipuan hipnotis dengan modus pemeriksaan lansia. Peristiwa itu terjadi ketika ia sedang berada di rumah sendirian. Korban tinggal bersama anaknya, yang saat kejadian sedang bekerja dan biasanya baru pulang sore hari.

Ketika korban sedang bersantai di rumah, ia mendengar suara perempuan mengucapkan salam dan mengetuk pintu. Saat pintu dibuka, terlihat tiga perempuan berpakaian rapi. Ketika korban bertanya maksud dan tujuan mereka, mereka mengaku sebagai petugas dari Dinas Kesehatan yang sedang melakukan pengecekan lansia dari rumah ke rumah.

Korban pun menyambut mereka dengan ramah dan mempersilakan mereka masuk, seperti tamu biasanya.

"Silakan masuk, duduk dulu. Mau minum apa? Saya ambilkan sebentar ya," ucap korban dengan ramah.

"Mau sekalian makan? Biar saya buatkan sekarang?" lanjutnya lagi.

Ketiga perempuan tersebut duduk dan mulai menikmati minuman sembari berbincang mengenai kesehatan korban. Tak lama kemudian, salah satu dari mereka berpura-pura melakukan pemeriksaan, sambil terus mengajak korban mengobrol. Sementara itu, dua perempuan lainnya mengawasi.

Tidak lama setelah itu, korban merasa lemas dan kehilangan kesadaran. Ketiga perempuan tersebut kemudian meninggalkan rumah korban, menuju mobil yang diparkir tepat di depan halaman rumah.

Setelah beberapa saat, korban tersadar dan mulai merasa ada kejanggalan pada tamu-tamu tersebut. Ia kemudian menyadari bahwa gelang, kalung, serta perhiasan yang dipakainya telah hilang. Ketika memeriksa barang-barang berharga lainnya di rumah, ia mendapati bahwa perhiasan yang tidak tersimpan di tempatnya juga ikut hilang. Diperkirakan kerugian yang dialami korban mencapai sekitar 15 juta rupiah.

Korban segera meminta bantuan tetangga, dan kebetulan rumahnya berdekatan dengan pangkalan ojek. Para pengemudi ojek yang berada di pangkalan menyadari ada tamu yang datang, tetapi tidak menaruh curiga sama sekali dan hanya memperhatikan mobil yang sedang terparkir yang berisi seorang pria yang menunggu tiga perempuan yang masuk ke dalam rumah korban.

Penelusuran kasus hipnotis ini bekerja sama dengan aparat setempat dalam penyelidikan. Dan mereka mengungkapkan bahwa mereka sudah memahami modus-modus yang digunakan para pelaku karena kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya.

Mereka menjelaskan, "Kasus ini banyak terjadi pada lansia karena pelaku memanfaatkan kelengahan dan kebingungan korban."

Seperti yang telah diceritakan sebelumnya, pelaku memulai aksinya dengan percakapan yang menciptakan kesan kedekatan antara pelaku dan korban. Percakapan ini bertujuan membawa korban ke kondisi yang lebih mudah terpengaruh. Beberapa pelaku biasanya bekerja dalam kelompok, dengan satu orang bertugas mengawasi situasi di sekitar agar aksi berjalan lancar.

Setelah mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai para pelaku selanjutnya kejadian ini dilaporkan kepada aparat setempat untuk ditindak lanjuti ke pihak yang berwenang yaitu pihak Kepolisian.

         
Kejadian ini tentunya sangat merugikan korban, tidak hanya secara materi, tetapi juga menimbulkan trauma. Korban menjadi lebih waspada terhadap orang asing, dan meskipun sudah mengikhlaskan kejadian tersebut, perasaan takut akan kejadian serupa masih tersisa.

Selain itu, pihak keluarga mengatakan bahwa korban menjadi pribadi yang lebih tertutup dengan orang lain, tidak berani ditinggal sendiri di rumah, selalu merasa khawatir ketika ada tamu asing, dan sering melamun sejak kejadian itu terjadi. Bahkan, para ojek pangkalan yang berada di dekat rumahnya juga mengatakan bahwa saat ini, jika korban sedang sendiri di rumah dan ada tamu asing yang datang, korban tidak akan menemui tamu tersebut dan akan menunggu keluarga dekatnya datang untuk menemaninya menemui tamu yang belum dikenalnya. Akibatnya, para tamu biasanya harus menunggu lebih lama di depan teras rumahnya.

Aparat setempat pun mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati, mengingat saat ini modus kejahatan semakin beragam dan sering kali terjadi dengan cara yang tidak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun