Mereka menjelaskan, "Kasus ini banyak terjadi pada lansia karena pelaku memanfaatkan kelengahan dan kebingungan korban."
Seperti yang telah diceritakan sebelumnya, pelaku memulai aksinya dengan percakapan yang menciptakan kesan kedekatan antara pelaku dan korban. Percakapan ini bertujuan membawa korban ke kondisi yang lebih mudah terpengaruh. Beberapa pelaku biasanya bekerja dalam kelompok, dengan satu orang bertugas mengawasi situasi di sekitar agar aksi berjalan lancar.
Setelah mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai para pelaku selanjutnya kejadian ini dilaporkan kepada aparat setempat untuk ditindak lanjuti ke pihak yang berwenang yaitu pihak Kepolisian.
    Â
Kejadian ini tentunya sangat merugikan korban, tidak hanya secara materi, tetapi juga menimbulkan trauma. Korban menjadi lebih waspada terhadap orang asing, dan meskipun sudah mengikhlaskan kejadian tersebut, perasaan takut akan kejadian serupa masih tersisa.
Selain itu, pihak keluarga mengatakan bahwa korban menjadi pribadi yang lebih tertutup dengan orang lain, tidak berani ditinggal sendiri di rumah, selalu merasa khawatir ketika ada tamu asing, dan sering melamun sejak kejadian itu terjadi. Bahkan, para ojek pangkalan yang berada di dekat rumahnya juga mengatakan bahwa saat ini, jika korban sedang sendiri di rumah dan ada tamu asing yang datang, korban tidak akan menemui tamu tersebut dan akan menunggu keluarga dekatnya datang untuk menemaninya menemui tamu yang belum dikenalnya. Akibatnya, para tamu biasanya harus menunggu lebih lama di depan teras rumahnya.
Aparat setempat pun mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati, mengingat saat ini modus kejahatan semakin beragam dan sering kali terjadi dengan cara yang tidak terduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H