Mohon tunggu...
Sekar Nitimihardjo
Sekar Nitimihardjo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Iseng-iseng nulis. Suka banget nonton bioskop, jalan-jalan, kuliner, dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Dari FOMO ke JOMO: Hidup Lebih Santai dan Bahagia dengan JOMO

28 Februari 2021   19:53 Diperbarui: 1 Maret 2021   10:23 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hasil penelusuran digital, istilah JoMO pertama kali tercetus pada tahun 2012 dari seorang pengusaha, Anil Dash yang juga seorang aktivis dan penulis. Sejak itu mulai banyak tulisan yang membahas tentang gaya hidup JoMo namun masih belum banyak penelitian akademik yang secara khusus membahas tentang JoMO.

Seringkali kebanyakan orang keliru dengan menganggap menerapkan gaya hidup JoMO harus benar-benar menghilang dan tidak peduli akan semua berita dan lainnya. Namun sebenarnya dengan menerapkan gaya hidup JoMo, tidaklah harus benar-benar menghilang dan berhenti bersosialisasi dengan orang lain, melainkan lebih mengontrol serta menyeimbangkan agar terlepas dari gaya hidup FoMO dan ketergantungan yang berlebihan terhadap dunia digital. 

Oleh karena itu, sejatinya dengan menerapkan gaya hidup JoMO dapat membantu untuk memulai membangun koneksi yang lebih dalam dengan orang-orang terdekat seperti keluarga atau sahabat dan niscaya akan merasa lebih bahagia dalam menjalani hidup.

Referensi:

Adnani, B, N. (4 November 2020). Waspada FoMO! Gangguan Jiwa akibat Media Sosial. KlikDokter. Diakses dari https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2697338/waspada-fomo-gangguan-jiwa-akibat-media-sosial#:~:text=FoMO adalah sebuah perasaan atau,melibatkan rasa iri yang mendalam.

Cording, Jess. (21 Juli 2018). Is The Joy Of Missing Out The New Self-Care?. Forbes. Diakses dari https://www.forbes.com/sites/jesscording/2018/07/21/jomo-self-care/?sh=2539da3b7be7

Dossey, L. (2014). FOMO, digital dementia, and our dangerous experiment. Explore: The Journal of Science and Healing, 10(2), 69–73.

Fuller, Kristen. (26 Juli 2018). JOMO: The Joy of Missing Out. PsychologyToday. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/us/blog/happiness-is-state-mind/201807/jomo-the-joy-mis sing-out

Kiding, S., & Matulessy, A. (2020). Dari Fomo ke Jomo: Mengatasi Rasa Takut akan Kehilangan (Fomo) dan Menumbuhkan Resiliensi terhadap Ketergantungan dari Dunia Digital. Psisula: Prosiding Berkala Psikologi, 1, 173–182.

Phelan, Hayley. (12 Juli 2018). How to Make This the Summer of Missing Out. New York Times. Diakses dari https://www.nytimes.com/2018/07/12/style/joy-of-missing-out-summer.html

Rara. (18 November 2018). Indahnya Hidup dengan JOMO, Kebalikan dari FOMO. Womantalk. Diakses dari https://womantalk.com/health/articles/indahnya-hidup-dengan-jomo-kebalikan-dari-fomo-D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun