Mohon tunggu...
Sekar Mutiara R.P. S.
Sekar Mutiara R.P. S. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang menyukai pekerjaan dibidang sosial dan kemanusiaan. Selain itu saya menikmati beberapa hobi antara lain menonton film hingga serial drama dan mendengarkan beberapa genre musik. Adapun saya tertarik untuk mendalami, menulis, hingga menyuarakan pendapat saya perihal gender equality, human right, social welfare, national diversity, hingga global issues.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menyambung Asa Bersama Pejuang Muda 2021

19 September 2022   14:00 Diperbarui: 19 September 2022   14:06 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan proyeksi dari biro sensus penduduk Amerika Serikat populasi penduduk dunia akan mencapai angka 7,8 milliar jiwa pada tahun baru 2022. Hal ini karena sepanjang tahun 2021 lalu terjadi pertambahan jumlah penduduk dunia sebanyak 74 juta jiwa. Adapun Indonesia masuk ke dalam jajaran empat besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia yaitu sebesar 273.523.615 jiwa. 

Tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, menimbulkan sebuah tantangan tersendiri bagi seluruh penduduk Indonesia mulai dari pemerintah, swasta, ataupun rakyat. Salah satu tantangan tersulit akibat tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi ialah permasalahan kemiskinan. 

Pada tahun 2020 lalu tercatat terjadinya gap pada rata-rata persentase penduduk perkotaan dan pedesaan yang hidup digaris kemiskinan yang tersebar di 34 provinsi. Adapun rata-rata persentase penduduk miskin wilayah perkotaan pada tahun 2020 adalah sebesar 7,63 persen. 

Sedangkan rata-rata persentase kemiskinan penduduk miskin wilayah pedesaan pada tahun 2020 adalah sebesar 13,01 persen. Melihat kenyataan tersebut, bukankah hal ini ironi bagi kita semua? Ya, kemiskinan memang bukan lagi hal baru bagi Indonesia, hal ini didukung dengan ketidakmerataan kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia. 

Dengan kata lain ada sebuah ketimpangan pada tingkat perekonomian penduduk sehingga menyebabkan masih tingginya tingkat kemiskinan penduduk yang tersebar dibeberapa wilayah di Indonesia.

Kita sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk dapat membantu dan meningkatkan kualitas hidup rakyat dari mulai aspek fisik maupun aspek sosial-ekonomi-budaya. Adapun salah satu upaya yang dapat kita perjuangkan sebagai seorang mahasiswa ialah belajar dengan sungguh-sungguh baik di dalam kelas maupun di tengah masyarakat. 

Mahasiswa diharapkan dapat menjadi agent of change. Melalui program Pejuang Muda yang dicanangkan oleh Kementerian Sosial RI bersama Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dapat menjadi salah satu wadah untuk para mahasiswa mewujudkan perubahan. 

Hal ini semakin diperkuat dengan pernyataan dalam website https://pejuangmuda.kemensos.go.id/ bahwa program pejuang muda ini diharapkan dapat menjadi laboratorium sosial bagi para mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan pengetahuannya untuk memberi dampak sosial secara konkret kepada masyarakat dan negara.

Kegiatan pejuang muda dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur dari sebuah efektivitas program bantuan sosial yang diadakan oleh Kemensos RI yang dikenal dengan sebutan Program Keluarga Harapan (PKH). 

Dalam Permensos No. 1 Tahun 2018 pasal 1 ayat 1 PKH didefinisikan sebagai sebuah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan/ atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, yang kemudian diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. 

Berkaitan dengan hal tersebut, Kemensos mengajak mahasiswa untuk berkolaborasi agar mahasiswa dapat mengetahui atau bersinggungan secara langsung perihal keadaan di lapangan. 

Lebih lanjut, mahasiswa dapat secara kritis menilai sejauh mana organisasi formal seperti Kemensos melaksanakan tugas-tugasnya guna mencapai tujuan-tujuan yang telah tercantum dalam program kerja. Hal ini berkaitan dengan salah satu kriteria efektivitas organisasi yang pertama yaitu intenalisasi tujuan organisasi. 

Walaupun kegiatan pejuang muda merupakan kebijakan yang turun dari atas ke bawah (top-down) pada keberjalanannya mahasiswa dapat bekerja secara lebih fleksibel saat turun ke lapangan bersama dengan para pendamping lapangan. Pernyataan tersebut merupakan salah satu kriteria efektivitas organisasi berikutnya yaitu fleksibilitas adaptasi.

Apabila dilihat dari aspek sosiologis, kita dapat mengaitkan konsep dasar organisasi sosial pandangan George Herbert Mead dengan pelaksanaan program pejuang muda gagasan Kemensos RI. Menurut Mead di dalam sebuah organisasi sosial diperlukan aspek keluwesan atau flexibility yang erat hubungannya dengan respon manusia terhadap lingkungannya. 

Termasuk perkembangan mengenai arti-arti dan sikap-sikap yang dimiliki bersama. Di samping itu Mead juga beranggapan bahwa dalam sebuah tubuh organisasi akan ada proses di mana individu akan mengambil peran orang lain. 

Kemudian disaat yang bersamaan pula individu harus mampu mengontrol perilaku dirinya sendiri dalam cara-cara tertentu yang telah menjadi konsensus bersama. Dan tentu saja harus cocok dengan definisi-definisi dan sikap-sikap bersama dalam budaya organisasi tersebut.

Begitu pula saat kita hendak memutuskan untuk bergabung ke dalam kegiatan organisasi, penting untuk kita mengetahui visi dan misi dari organisasi tersebut. Pada saat kita akan mengikuti semua kegiatan dalam organisasi tersebut kita harus mampu menginternalisasikan tujuan organisasi yang telah menjadi kesepakatn bersama sebagai landasan kita untuk bertindak kedepannya. 

Dengan keikutsertaan pada kegiatan pejuang muda, kita dituntut untuk dapat bekerja cepat dan cerdas. Seperti yang telah dijelaskan oleh Mead pada paragraf sebelumnya, karena pejuang muda bergerak dalam bentuk kelompok kerja maka tentu saja penting bagi para anggotanya untuk menjalankan semua tugas sesuai kesepakatan bersama. 

Selain itu, pada saat sudah turun ke lapangan kita perlu beradaptasi dengan cepat karena belum tentu arahan-arahan maupun petunjuk yanng tertuang dalam kertas petunjuk sesuai dengan fakta lapangan.

Penyerahan sertifikat kegiatan workshop pengolahan limbah organik menjadi cairan eco enzyme dan workshop culinary art/dokpri
Penyerahan sertifikat kegiatan workshop pengolahan limbah organik menjadi cairan eco enzyme dan workshop culinary art/dokpri

Sebagai alumni Pejuang Muda (PM) gelombang pertama saya merasa sangat terhormat karena dapat berpartisipasi dalam program ini. Terdapat beragam perasaan selama menjalankan program pada penghujung tahun 2021 lalu. Adapun hal yang paling berkesan ialah saat saya harus turun lapangan door to door untuk melakukan pendataan pada masyarakat yang membutuhkan. 

Dari situ saya banyak mendapatkan ilmu baru mengenai kehidupan dan begitu berartinya rasa syukur.  Selain itu saya beserta tim juga melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari stakeholder daerah, tokoh masyarakat, hingga masyarakat lokal setempat untuk menyukseskan program pejuang muda. 

Beberapa hari sebelum penarikan kembali pejuang muda ke daerah asal, saya beserta tim yang bertugas di Kabupaten Bantul, DIY melakukan team based project berupa kepelatihan culinary art dan pengolahan sampah rumah tangga menjadi eco enzyme yang diharakan dapat berkelanjutan dan membuka peluang usaha bagi masyarakat yang membutuhkan terutama Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH). 

Adapun peserta pejuang muda gelombang pertama ini kurang lebih ada sekitar 5.140 mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi Indonesia dan ditempatkan di 514 Kabupaten atau Kota di seluruh Indonesia.

Tiada perubahan akan terwujud apabila tidak ada pergerakan nyata, karena itulah saya yakin program pejuang muda dapat menjadi salah arena pergerakan sosial yang dapat dilanjutkan pada gelombang selanjutnya, tentunya dengan beberapa perbaikan pada program kerja kedepanya. 

Kolaborasi antara organisasi formal setara Kementerian dengan stakeholder lain yang berkedudukan ditingkat pusat maupun daerah bersama mahasiswa perlu ditingkatkan lagi. 

Dengan keterlibatan mahasiswa pada program ini (pejuang muda), setidaknya dapat memperlihatkan wujud konkret pengabdian mahasiswa pada bangsa sebagai agent of change dalam membawa perubahan yang progresif dan berkelanjutan agar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun