Dari situ saya banyak mendapatkan ilmu baru mengenai kehidupan dan begitu berartinya rasa syukur. Â Selain itu saya beserta tim juga melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari stakeholder daerah, tokoh masyarakat, hingga masyarakat lokal setempat untuk menyukseskan program pejuang muda.Â
Beberapa hari sebelum penarikan kembali pejuang muda ke daerah asal, saya beserta tim yang bertugas di Kabupaten Bantul, DIY melakukan team based project berupa kepelatihan culinary art dan pengolahan sampah rumah tangga menjadi eco enzyme yang diharakan dapat berkelanjutan dan membuka peluang usaha bagi masyarakat yang membutuhkan terutama Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dalam Program Keluarga Harapan (PKH).Â
Adapun peserta pejuang muda gelombang pertama ini kurang lebih ada sekitar 5.140 mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi Indonesia dan ditempatkan di 514 Kabupaten atau Kota di seluruh Indonesia.
Tiada perubahan akan terwujud apabila tidak ada pergerakan nyata, karena itulah saya yakin program pejuang muda dapat menjadi salah arena pergerakan sosial yang dapat dilanjutkan pada gelombang selanjutnya, tentunya dengan beberapa perbaikan pada program kerja kedepanya.Â
Kolaborasi antara organisasi formal setara Kementerian dengan stakeholder lain yang berkedudukan ditingkat pusat maupun daerah bersama mahasiswa perlu ditingkatkan lagi.Â
Dengan keterlibatan mahasiswa pada program ini (pejuang muda), setidaknya dapat memperlihatkan wujud konkret pengabdian mahasiswa pada bangsa sebagai agent of change dalam membawa perubahan yang progresif dan berkelanjutan agar dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H