Mohon tunggu...
Sekar Muriani
Sekar Muriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Per Aspera Ad Astra

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

What If: Penggunaan Kendaraan Pribadi Dibatasi?

5 September 2022   23:19 Diperbarui: 5 September 2022   23:21 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kendaraan pribadi (pexels.com/Life Of Pix)

Salah satunya tentu saja mengurangi hal yang bikin macet itu sendiri, ya motor dan mobil. Memang, jika dibandingkan dengan peringkat teratas negara termacet di dunia seperti Istanbul (Turki), Moskow (Rusia), dan Kyiv (Ukraina) berdasarkan TomTom Traffic Index, Indonesia bukan termasuk negara yang memiliki kota dengan kemacetan terparah. Walau tidak termasuk peringkat 10 teratas kemacetan terparah pun, kondisi yang saat ini bukan juga termasuk yang aman. Setidaknya, sebelum itu semua terjadi, sebelum kondisi benar-benar parah harus diupayakan juga dalam pengendalian situasi kemacetan saat ini misal dengan upaya pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Namun, mengurangi batas pembelian ataupun penggunaan kendaraan pribadi memang tidak bisa sembarangan diterapkan. Tentunya dalam hal ini butuh riset yang lebih mendalam lagi. Dalam hal pembatasan, pastinya perlu diterapkan juga kebijakan dalam moda transportasi umumnya. Misal dengan membangun moda transportasi publik secara merata ke seluruh wilayah Indonesia, sekalipun itu di pelosok dengan segala kemudahan aksesnya dan tingkat pelayanan, keamanan, dan kenyamanannya juga terpenuhi.

Alih-alih membangun moda transportasi publik di pelosok negeri, jalanannya saja masih banyak yang bolong sampai hari ini. Walau ditambal berkali-kali, tetap saja sebulan kemudian meletus lagi.

Sejenak, coba kita bayangkan sebentar saja, jika saja transportasi umum minimal saja bus sudah benar-benar tergarap dengan baik hingga ke pelosok negeri sekalipun, akankah penggunaan/pembelian motor dan mobil akan berkurang? Betapa indahnya negeri ini, jika hal itu terjadi kita bisa dengan bebas menghirup udara yang selalu bersih, tidak pusing menghadapi kelangkaan BBM seperti yang selalu terjadi, tidak sering melihat kemacetan, namun itu semua dengan catatan keamanan dalam menggunakan transportasi umum juga terjamin dan jalanan di pelosok negeri ini juga diperbaiki dengan layak. Soalnya kalau di kampung saya, masih banyak jalanan aspal yang sampai hari ini asik ditambal terus gak lama ditambal langsung meletus. Kan gak mungkin juga mau kembangkan moda transportasi umum, tapi jalanan masih banyak yang ompong. Sama aja boong kalau gitu. 

Lagian, mungkin ini karena negeri kita yang juga kaya. Seperti kaya dengan hasil minyak bumi. Jadi kayak enak terus pakenya, pas udah rusak bumi baru sibuk gerakan untuk krisis iklim. Mungkin, akan ada solusinya ini semua bagi Pemerintah. Namun, saya pikir mengurangi penggunaan kendaraan pribadi itu sendiri salah satu upaya kita untuk menyelamatkan bumi kita sendiri, lho. Karena percayalah, jika suatu hari kita tiba di masa krisis iklim yang semakin parah, satu-satunya kendaraan pribadi yang bisa kita gunakan hanyalah sepeda. 

Mungkin sulit untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi, namun jika hanya untuk keperluan yang tidak begitu mendesak sebaiknya kita kurangi penggunaan kendaraan pribadi itu, misal untuk pergi ke tempat yang jaraknya masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki selama sepuluh menit sebaiknya pilihlah untuk berjalan kaki. Atau bisa digantikan dengan menggunakan sepeda. Hal sederhana itu setidaknya mampu untuk menyelamatkan bumi, orang lain dan diri sendiri. Kalau tidak dimulai dengan langkah kecil, kapan lagi kita akan memulainya? Apakah nunggu Bumi sudah benar-benar hancur lalu kemudian baru tersadar arti semua ini? Di saat semua sudah terlambat, sampai tidak ada lagi yang bisa diperbaiki ulang. Langkah sederhana, namun sangat bermanfaat bagi kita semua. Dan juga butuh kesadaran dari pihak yang masih euforia dalam prestige nya, semoga segera mengerti betapa pentingnya hal ini demi menjaga rumah kita sendiri, yaitu Bumi kita ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun