Untuk Tuan yang berdiri kala ambang malam, membawa rindu yang tak pernah selesai dikemas.
“Nona”, ucapnya pelan.
“Apa mungkin, kita adalah garis samar yang selalu tanpa sengaja berpapasan tanpa saling temu?”
Nona menatap cahaya lampu kota dari kejauhan, layaknya sedang mencari jawaban yang terselip dalam kerlipan cahaya itu.
“Tuan”, jawabnya.
“Terkadang, memang kita tak butuh untuk saling temu. Yang kita butuhkan hanyalah untuk saling merasa cukup walau tiada nama dan tiada akhir.”
Langit menggantung sunyi, hanya angin yang mampu berbicara, demi mengantar kenangan masa lalu yang mereka takuti.
“Aku hanya ingin tahu” kata Tuan.
“Mengapa rindu yang aku rasakan malam ini sangatlah membuat dadaku sesak?”
Nona menghela napas sejenak.
Seakan telah memahami gerak detik yang perlahan telah bergulir.