Mohon tunggu...
SEKAR MAHARANI PUTRI
SEKAR MAHARANI PUTRI Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ku Tulis Puisi Ini untuk Mu

24 Oktober 2024   08:58 Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Mungkin kita bukanlah sebuah takdir yang diatur Tuhan, Nona.”

“Tapi, bukankah terkadang yang indah justru menjadi yang takkan pernah jadi nyata?”

Nona menatap langit yang pekat tanpa bintang.

Meresapi makna dari setiap kata yang diucapkan oleh Tuan.

“Jika ini hanyalah sementara, Tuan. Maka biarkan kita menjadi sebuah kenangan yang paling sunyi dan menjadi kenangan yang takkan pernah menuntut untuk diingat.”

Dan di bawah malam itu, mereka akhirnya mengerti.

Bahwa ada perasaan yang memang harus dibiarkan terus menggantung.

Tidak untuk dimiliki namun untuk dihayati.

Bagaikan hujan di tengah kemarau.

Datang hanya sesaat, namun meninggalkan jejak hingga selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun