Mohon tunggu...
SEKAR MAHARANI PUTRI
SEKAR MAHARANI PUTRI Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial vs Membaca Buku

29 Mei 2024   03:07 Diperbarui: 29 Mei 2024   04:20 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jeruklegi, 29 Mei 2024.

Perkembangan teknologi di zaman modern seperti saat ini sangat berpengaruh besar terhadap teknologi khususnya platfom media sosial. Media sosial kini terasa seperti halnya "lem" ketika kita ingin menempelkan secarik kertas di tembok.

Kita tidak pernah bisa menempelkan secarik kertas di tembok tersebut apabila tidak ada "lem". Media sosial dan individu telah berubah menjadi dua bagian yang tidak pernah bisa terpisahkan. Terutama bagi kalangan remaja. Banyak dari kalangan remaja yang memilih untuk menghabiskan sebagian waktu dari mereka hanya untuk melihat Facebook, Instagram, Twitter dan masih banyak platform digital pada media sosial lainnya.

Lalu, apakah kebiasaan yang ada pada zaman dahulu yakni membaca buku benar-benar telah ditinggalkan? Daya tarik untuk membaca buku pada kalangan remaja sekarang tidak bisa dibohongi jika kini daya tarik baca buku di kalangan remaja semakin hari, semakin menurun.

Walau demikian, sebenarnya ada-kah hubungan keterkaitan antara media sosial yang setiap hari hampir diakses terus menerus dengan kebiasaan baca buku yang kemungkinan semakin ditinggalkan?

Mari kita simak penjelasannya sebagai berikut.

Pertama, media sosial sangat mempengaruhi kepada pola konsumsi individu terhadap sebuah konten. Dahulu sebelum muncul media sosial, buku maupun majalah menjadi 'sumber' utama dalam mencari informasi dan hiburan. Tetapi di era modern sekarang, mencari informasi bisa dilakukan hanya dengan hitungan detik saja. Berbagai macam berita, artikel, video dan juga gambar, mampu kita temukan secara cepat dengan linimasa pada media sosial. Oleh karena itu, remaja banyak menghabiskan waktu hingga berjam-jam hanya untuk menjelajahi konten-konten tersebut. Akibatnya, konten pada media sosial yang diakses secara terus-menerus akan lebih mudah dicerna karena terdapat kumpulan penjelasan secara singkat jika dibandingkan dengan membaca buku yang tentunya isi buku tersebut akan jauh lebih panjang. Jadi, remaja cenderung memilih mencari informasi yang singkat dan cepat serta mudah untuk ditemukan pada media sosial. Hal ini memberikan dampak buruk bagi individu terkait kurangnya rasa sabar dalam membaca isi buku yang panjang itu.

Kedua, penggunaan media sosial pada teknologi canggih yakni handphone maupun gadget kini mampu dikatakan sebagai salah satu bentuk dari "gangguan" atau "hambatan" paling utama di kalangan remaja untuk membaca buku. Karena saat remaja pergi kemana-pun, gadget akan selalu dibawa. Dan mereka sudah bergantung dengan media sosial. Seperti membuka gadget hanya untuk memeriksa apakah terdapat notifikasi atau tidak serta menggunakan gadget hanya untuk sekedar mengambil foto baik selfie maupun tidak, atau menggunakan gadget untuk melakukan interaksi dengan teman-teman mereka yang ada pada media sosial. Sehingga kegiatan inilah yang membuat waktu mereka terbuang sia-sia.

Ketiga, adanya ketidakcocokan dari isi konten pada buku yang membuat remaja mulai perlahan meninggalkan kebiasaannya dalam membaca. Karena remaja kini telah dipengaruhi oleh berbagai jenis konten mulai dari gambar maupun video pada linimasa media sosial dengan sangat menarik. Dampak buruk dari adanya ketidakcocokan isi konten pada buku itulah yang membuat mereka beranggapan jika membaca buku adalah hal yang sama sekali tidak menarik atau kurang memuaskan bagi kalangan remaja. Terkadang pula, isi dari media sosial seringkali lebih sesuai dengan kehidupan sehari-hari mereka, salah satunya ialah music.

Keempat, adanya perubahan perilaku sosial remaja dalam bermasyarakat. Mereka cenderung lebih fokus kepada kegiatan interaksi secara daring (online) dibandingkan melakukan interaksi sosial secara langsung pada dunia nyata yang mereka jalani. Hal ini berpengaruh besar terhadap perilaku sosial remaja yang kurang memiliki waktu atau sekedar dorongan untuk membaca buku.

Kelima, mulai hilang daya minat terhadap literasi karena mereka sudah terpaku di depan layar gadget mereka masing-masing sehingga memberikan kemungkinan jika mereka merasakan adanya penurunan daya tarik untuk membaca dan menulis. Karena mereka cenderung mengekspresikan diri mereka dengan 'emotikon' dan 'singkatan' daripada menulis kalimat secara lengkap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun