Mohon tunggu...
Sekar LailaAzizah
Sekar LailaAzizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

informasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Teori Strukturalisme dan Semiotik pada Novel Catatan di Sumatra

25 Desember 2022   18:01 Diperbarui: 25 Desember 2022   18:06 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SEKAR LAILA AZIZAH

NIM 200402080014

latar belakang
Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra, pengarang mengungkapkan persoalan-persoalan kehidupan yang digeluti oleh pengarang itu sendiri. Karya sastra mendapat pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu mempengaruhi masyarakat. Padahal, masyarakat seringkali menentukan nilai karya sastra yang hidup pada suatu zaman, sedangkan sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat oleh status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan dan membentuknya.
Karya sastra pada umumnya adalah karya seni yang merupakan ungkapan pengarang tentang hasil perenungannya terhadap kehidupan yang dimediasi oleh bahasa. Saussure mengungkapkan bahwa dalam pandangan semiotik, bahasa adalah sistem tanda, dan sebagai bahasa isyarat merepresentasikan sesuatu yang lain yang disebut makna (Nurgiyantoro, 2009:39). Salah satu karya sastra novel adalah struktur tanda yang memiliki makna sesuai dengan konvensi tanda, sehingga analisis struktural tidak dapat dipisahkan dari analisis semiotik.
Novel menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Abrams mengungkapkan bahwa fiksi berarti cerita fiktif (imajiner), yaitu cerita naratif yang isinya tidak menunjukkan kebenaran sejarah (Al-Ma'ruf, 2010:17) atau tidak benar-benar terjadi di dunia nyata.
Novel juga banyak mengungkapkan nilai-nilai kehidupan, salah satunya adalah aspek mencerdaskan masyarakat. Nilai-nilai siswa juga dapat diperoleh dari membaca karya sastra karena sastra merupakan cerminan kehidupan manusia. Sketsa kehidupan yang tergambar dalam novel akan memberikan pengalaman baru bagi pembacanya, karena yang ada di masyarakat tidak persis sama dengan yang ada di karya sastra. Hal ini juga dapat diartikan bahwa pengalaman yang diperoleh pembaca akan menimbulkan dampak sosial bagi pembaca melalui interpretasinya. Pembaca akan mendapatkan hal-hal yang mungkin tidak didapatkan dalam kehidupan.
Di Indonesia, salah satu novel yang laris adalah novel Notes on Sumatra karya Muhamad Radjab. Novel ini bercerita tentang perjalanan seorang jurnalis bernama Muhamad Radjab Indonesia yang terlibat dalam ekspedisi ke Sumatera pada tahun 1947-1948. Misinya adalah meninjau kembali situasi dan perkembangan di Kotaraja hingga Teluk Betung, setelah Indonesia merdeka. Tidak ada pembagian kerja khusus, hanya mengikuti kepentingan masing-masing wartawan. Radjab memperhatikan orang-orangnya, karakternya, adat istiadatnya, dan kemampuannya memikul tanggung jawab sebagai bangsa yang baru merdeka. Rekor di Sumatera menjadi bukti kepedulian Radjab terhadap masyarakat Sumatera dari masa ke masa. Sebelumnya, ia mempelajari masyarakat Sumatera pada tahun 1803-1838 (masa Perang Padri) dan 1913-1928 (masa kecilnya di desa). Sedangkan Catatan di Sumatra menggambarkan masyarakat Sumatera pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Ada yang berubah dibandingkan dengan masa lalu, dan ternyata ada juga yang tidak berubah, dan masih bisa dijumpai hingga saat ini.
Pada tanggal 14 Juni 1947 Departemen Penerangan Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta mengirimkan rombongan wartawan ke Sumatera untuk meninjau situasi dan perkembangan di sana, dari Kutaraja sampai Teluk Betung sejak berdirinya Republik Indonesia. Dalam rombongan ini antara lain Suwardi Tasrif (Kantor Berita Indonesia), Rinto Alwi (Harian Merdeka) dan Mohammad Radjab (Kantor Berita Antara yang juga penulis buku Perang Padri di Minangkabau 1803 -- 1838), Parada Harahap, yang bekerja di Kementerian Penerangan bertindak sebagai ketua kelompok.
Catatan di Sumatera. Berisi laporan jurnalistik Muhamad Radjab, seorang wartawan Antara. Isi catatannya saat mengunjungi sejumlah daerah pada 1947. Dari Kutaraja (Bandaaceh), Semenanjung Kepulauan Riau hingga Singapura dan Johor. Tapanuli, Minangkabau hingga Jambi. Reportase hebat, ditulis oleh jurnalis selama perang kemerdekaan.
Perjalanan Muhamad Radjab dkk diprakarsai oleh Kementerian Penerangan dan rombongan dipimpin oleh Bapak Parada Harahap, pegawai kementerian tersebut. Muhamad Radjab, lulusan UI jurusan publisitas. Wartawan asal Sumpur Kudus, Tanahdatar itu, meninggal pada 1970. Sekembalinya ke tanah air, ia mengikuti Seminar Sejarah Minangkabau di Batusangkar. Seminar tersebut dihadiri sejumlah tokoh ternama, seperti Bung Hatta, Buya Hamka, termasuk arkeolog ternama, R Soekmono.
 
Rumusan Masalah
Adapun ruang lingkup analisis masalah novel Notes on Sumatra
1. Bagaimana strukturalisme dalam novel Catatan Sumatera karya Muhamad Radjab
2. Semiotika dalam novel Catatan Sumatera karya Muhamad Radjab
Tujuan Analisis
1. Mendeskripsikan Struktural dalam novel Catatan Sumatera karya Muhamad Radjab
2. Mendeskripsikan teori Semiotika dalam novel Notes on Sumatra karya Muhamad Radjab
Manfaat
Analisis struktural dalam cerpen ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, baik secara teoritis maupun praktis. Hasilnya diharapkan dapat berkontribusi pada teori bahasa Indonesia.
Pembahasan
Pendekatan strukturalisme dalam novel Catatan-catatan Muhamad Radjab di Sumatera
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yaitu membahas karya tentang unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra dari dalam. Pendekatan ini mengkaji karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala sesuatu yang ada di luar karya sastra. Mengenai struktur, Wellek dan Warren (1992: 56) memberikan batasan bahwa struktur pengertian termasuk isi dan bentuk, sejauh keduanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan estetis. Struktur sebuah karya sastra (fiksi) terdiri dari unsur alur, penokohan, tema, latar dan amanat sebagai unsur yang paling mendukung dan dominan dalam membangun sebuah karya sastra (fiksi).
1. Tema
  Secara etimologis, kata tema berasal dari istilah makna yang berkaitan dengan makna, yaitu sesuatu yang lugas, spesifik, dan objektif. "Membahas tentang seorang jurnalis bernama Muhamad Radjab yang terlibat dalam ekspedisi ke Sumatera pada tahun 1947-1948.
2. Angka
Dalam membicarakan fiksi, ada istilah tokoh, penokohan, dan penokohan. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan unsur yang sangat penting bahkan menentukan. Hal ini karena tidak mungkin ada cerita tanpa kehadiran tokoh yang diceritakan dan tanpa gerak tokoh yang pada akhirnya membentuk alur cerita. Rangkaian alur cerita merupakan hubungan logis yang terkait dengan waktu. Berikut nama-nama tokoh dalam catatan novel di Sumatera;
Muhamad Radjab, Bpk Parada Harahap, Haji, Truk Supit, Polisi Militer, Bpk Walikota Bpk Jusuf, Bpk Bupati Rakutta, Bpk Wedana, Bpk Osman, Talsya, Tasrif, Bpk Peutua, Bpk Abas, Engku Sjafei.
3. Latar Belakang
Latar atau latar adalah sesuatu yang menggambarkan situasi atau keadaan dalam penceritaan. Panuti Sudjiman mengatakan bahwa latar adalah segala keterangan, petunjuk, acuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana (1992:46). Latar atau setting tidak hanya merujuk pada tempat, hubungan waktu dan juga pada lingkungan sosial berupa tata cara, adat istiadat dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Settingnya ada di Semenanjung, Sumatera Timur, Aceh, Tapanuli, Minangkabau, Jambi, Riau.
4. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara bagaimana penulis cerita menempatkan dirinya dalam cerita, atau dari sudut mana penulis cerita memandang cerita yang dibuatnya. Sudut pandang juga bisa dikatakan sebagai teknik atau strategi yang sengaja dilakukan pengarang untuk menyampaikan cerita. Novel Notes on Sumatra menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utama
Segala sesuatu yang berhubungan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, atau kejadian dari tokoh "aku" yang digambarkan dalam cerita. Ia kemudian akan menjadi pusat kesadaran sekaligus pusat cerita.
Semiotika dalam novel Notes on Sumatra karya Muhamad Radjab

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang penandaan. Sejalan dengan pendapat Ratna (2010: 97) yang menyatakan bahwa "Semiotika berarti kajian yang sistematis tentang produksi dan interpretasi tanda, cara kerjanya, apa manfaatnya bagi kehidupan manusia". Semiotika bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam suatu tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana seseorang menyampaikan pesan kepada komunikan atau penerima pesan (dalam hal ini dapat berupa tanda atau simbol) bahkan pada nilai dan konsep ideologis tertentu. budaya yang merupakan ranah pemikiran masyarakat tempat simbol itu diciptakan. Menurut Sobur (2003:13) "Manusia melalui tanda dapat berkomunikasi satu sama lain".
Fokus semiotika adalah mempelajari dan mencari tanda-tanda dalam wacana dan menjelaskan makna tanda-tanda tersebut serta mencari hubungannya dengan ciri-ciri tanda tersebut untuk mendapatkan makna signifikansinya. Sobur (2003:15) menyatakan bahwa, "Semiotika adalah ilmu atau metode analitis untuk mempelajari tanda-tanda". Bahasa sebagai sistem tanda seringkali mengandung sesuatu yang misterius. Sesuatu yang terlihat terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Tanda-tanda diungkapkan melalui penanda, penganalisis menggunakan semiotika untuk memberi makna pada tanda-tanda dalam teks yang dipelajari.
Ditinjau dari cara kerjanya, semiotika terdiri dari tiga bagian utama, yaitu (a) sintaksis semiotik, yaitu kajian dengan memberikan intensitas hubungan antara tanda dengan tanda lainnya, (b) semiotik semantik, yaitu kajian dengan memperhatikan hubungan antara tanda dengan acuannya, dan (c) semiotik pragmatik yaitu kajian dengan memperhatikan hubungan antara pengirim dan penerima. Perkembangan teori semiotika juga terbagi menjadi dua jenis semiotika, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika pemaknaan. Semiotika komunikasi menekankan pada teori produksi tanda, sedangkan semiotika signifikasi menekankan pada pemahaman, atau pemberian makna pada sebuah tanda.
Ada dua pelopor semiotika, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Saussure yang dikenal sebagai bapak linguistik modern menggunakan istilah semiologi, sedangkan Peirce, seorang filsuf, menggunakan istilah semiotika. Dalam perkembangan semiotika selanjutnya terlihat perbedaan antara keduanya, semua karena keduanya berasal dari dua disiplin ilmu yang berbeda. Peirce memfokuskan pada fungsi tanda secara umum dengan menempatkan tanda linguistik pada tempat yang penting, tetapi tidak secara umum. Sedangkan Saussure mengembangkan dasar-dasar linguistik secara umum, kekhasan teorinya terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagai sistem tanda.

HASIL DAN DISKUSI

Unsur semiotika dalam novel Catatan di Sumatra
1. Ikon
Tanda ikonik yang terdapat dalam novel Notes in Sumatra (1) mengatakan Notes, yaitu catatan, yaitu kumpulan dalam bentuk tertulis yang memberikan informasi, disimpan dalam arsip atau dokumen. (2) kata Malam, yaitu setelah matahari terbenam sampai matahari terbit. (3) kata Hutan, yaitu tanda yang menunjukkan tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon yang biasanya tidak diurus oleh manusia. (4)Kata Peta adalah tanda yang menunjukkan gambar atau lukisan di atas kertas dll yang menunjukkan letak daratan, laut, sungai, gunung, dll
2. Indeks
Tanda indeks yang terdapat pada novel Notes on Sumatra ( 1 ) kata Berbertar yang memberikan pengertian kepada kita tentang gemetar anggota badan yang disebabkan oleh rasa takut atau kedinginan. (2) kata Gemetar yang memberi pengertian kepada kita tentang anggota badan yang gemetar karena takut atau kedinginan. (3) kata "kering" yang artinya kering, dengan kata lain hal ini dikarenakan tidak ada hujan pada musim tersebut. (4) kata Sampah mempunyai arti barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. (5) kata Goyang memiliki arti menggelengkan kepala ke kiri dan ke kanan atau menolak, hal ini karena tidak setuju. (6) kata resah memiliki arti gelisah, hal ini disebabkan oleh suasana hati yang tidak tenang, gugup, gelisah.
3. Simbol
Lambang yang terdapat dalam novel Notes on Sumatra (1) adalah kata Hujan yang berarti tetesan air yang jatuh dari udara akibat proses pendinginan. (2) kata mesjid berarti bangunan tempat umat Islam beribadah. (3) kata Biasa memiliki arti telah menjadi kebiasaan. (4) kata sekolah yang berarti bangunan atau lembaga belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. kata "Negara" yang mempunyai arti susunan di suatu daerah yang mempunyai kekuasaan hukum tertinggi dan ditaati oleh rakyat. (5) kata Religi yang memiliki arti sistem yang mengatur sistem keimanan (keyakinan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun