Mohon tunggu...
Sekar Fajri Fadillah
Sekar Fajri Fadillah Mohon Tunggu... Aktris - Mahasiswi LSPR - Jakarta

Good Food. Good Mood.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Depresi adalah Sahabat Milenial?

17 Desember 2019   12:09 Diperbarui: 18 Desember 2019   23:13 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedih, depresi (sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Berbicara tentang kesehatan mental di kalangan milenial pada saat ini, bukanlah suatu hal yang tabu. Karena tidak sedikit publik figur yang berani untuk "speak up" tentang penyakit mental yang dideritanya, seperti Marshanda, Vidi Aldiano, Prilly Latuconsina, Arumi Bachsin dan Karin Novilda (Awkarin).

Kerasnya kehidupan di balik industri hiburan sering kali membuat para selebriti merasa lelah. Karena padatnya jadwal kegiatan dan berbagai cibiran dari netizen membuat kesehatan jiwa mereka terganggu.

Berdasarkan fakta yang terjadi sepanjang 2019 ini, banyak selebriti yang mengidap depresi dan berujung mengakhiri hidupnya secara tragis, seperti Sulli mantan anggota girlband K-pop F(X), Kim Jonghyun vokalis utama boyband K-Pop SHINee, Goo Hara mantan anggota girlband KARA, dan masih banyak lagi.

Melihat beberapa kasus tersebut dapat membuat kita tersadar bahwa penyakit mental adalah suatu hal yang serius dan harus ditangani oleh para ahli seperti dokter ataupun psikolog.

Apa itu depresi?
Depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang muncul dengan suasana hati yang tertekan, kehilangan minat atau kesenangan, penurunan energi, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan tidur atau nafsu makan, dan konsentrasi yang buruk.

ilustrasi gambar milik bbc.uk
ilustrasi gambar milik bbc.uk
Depresi sering kali disertai dengan gejala kecemasan. Masalah-masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan substansial dalam kemampuan individu untuk merawat tanggung jawabnya sehari-hari. Paling buruk, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.

Hampir 1 juta jiwa hilang setiap tahun karena bunuh diri, yang berarti 3000 kematian bunuh diri setiap hari. Untuk setiap orang yang menyelesaikan bunuh diri, 20 atau lebih dapat mencoba untuk mengakhiri hidupnya. (World Health Organization, 2012)

Penyalahgunaan kata
Berdasarkan hal-hal yang terjadi pada kehidupan sehari-hari, banyak milenial yang dengan mudahnya menyebut dirinya sedang mengalami depresi hanya karena terlalu banyak mengerjakan tugas kampus, terjebak kemacetan, tidak diperhatikan oleh kekasih, berada di lingkungan yang tidak menyenangkan dan lain-lain.

Kata "depresi" masih sering disalahgunakan dan terlalu dianggap sebagai hal yang ringan sehingga biasa digunakan untuk candaan dalam pergaulan milenial. Tak jarang juga milenial yang memberikan pandangan negatif terhadap pengidap depresi.

Padahal depresi merupakan penyakit mental yang sangat serius dan bukan untuk digunakan sebagai candaan. Bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kurangnya produktivitas penderita hingga kematian baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

Hal tersebut menunjukan bahwa membagikan informasi tentang kesehatan mental, khususnya depresi sangat diperlukan supaya kita lebih peduli terhadap jiwa kita sendiri dan juga orang lain.

Jangan self-diagnose!
Pengidap depresi biasanya ditandai oleh beberapa ciri berikut, seperti sulit bahagia, sering cemas dan khawatir, tidak ada semangat untuk melakukan apapun, suka mengkritik diri sendiri, mudah terserang penyakit, memiliki masalah tidur yang cukup parah, menjauhkan diri dari orang lain, tidak bisa keluar dari rasa kesedihan dengan durasi lebih dari satu bulan dan lain-lain.

Coba perhatikan lingkungan sekitar Anda. Adakah yang memiliki ciri-ciri tersebut? Atau mungkin Anda yang memiliki ciri-ciri tersebut?

Ingat, Anda tidak boleh self-diagnose! Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami beberapa ciri depresi, segera pergi ke psikolog agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Dukungan yang seharusnya didapatkan
Pengidap depresi tidak seharusnya dijauhkan. Justru kita harus selalu ada untuknya dan berusaha menjadi pendengar yang baik, agar mereka merasa tidak sendirian.

Saat berusaha mengetahui masalahnya, jangan pernah membandingkan mereka dengan orang lain. Karena itu bisa membuat mereka malas untuk bercerita lagi.

Jangan mencoba untuk memperbaiki masalahnya dan hati-hati dalam memberi saran. Karena kebanyakan dari mereka hanya butuh didengarkan keluh kesahnya
agar merasa lega.

Setelah mendengarkan seluruh ceritanya, Anda boleh menyarankan untuk melakukan pengobatan tetapi jangan terlalu memaksa. Karena banyak dari mereka yang berpikir akan mendapat respon yang negatif dari masyarakat atau mungkin keluarganya sendiri jika mereka datang ke psikolog.

Bila Anda dan orang di sekitar Anda membutuhkan informasi lebih lanjut tentang depresi atau ada keinginan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri, Anda dapat menghubungi beberapa hotline di bawah ini :

  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : 500-454
  • LSM Jangan Bunuh Diri : janganbunuhdiri@yahoo.com / 021 9696 9293
  • Indopsycare : admin@indopsycare.com
  • Save Yourselves : hi@saveyourselves.id
    Yayasan Pulih : pulihcounseling@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun