Mohon tunggu...
Sekar  Fahmi
Sekar Fahmi Mohon Tunggu... Konsultan - Content Writer & IT Consultant

A Fun Worker

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kuliah di Jakarta Sekaligus Asah Kemampuan Bergaul

6 Juli 2020   10:34 Diperbarui: 6 Juli 2020   10:37 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan kuliah selalu identik dengan euphoria bertemu dengan lingkup pertemanan yang baru. Mengenal teman-teman sekampus yang berasal dari berbagai macam latar belakang dan daerah selalu membuat proses perkenalan menjadi menyenangkan. 

Pergaulan mahasiswa baru yang kuliah di daerah tentu akan berbeda dengan pergaulan mahasiswa baru yang kuliah di Jakarta. Jakarta yang terkenal dengan kota metropolitan, sikap individualisme serta konsumtif membuat kita harus mempunyai keberanian sekaligus keyakinan pada diri sendiri supaya akhirnya dapat membaur dengan baik. Bukan hanya sebatas dengan pergaulannya saja, tetapi juga dengan kebiasaan lingkungan sekitar kita.

Biasanya para mahasiswa yang baru saja daftar kuliah di Jakarta akan memperkenalkan dirinya dengan gaya bahasa yang mengikuti gaya bahasa ibukota yaitu "lo gue". Hal ini mereka lakukan supaya tidak terlihat datang dari daerah, atau supaya terlihat mampu dan sepadan dengan penduduk Jakarta. 

Padahal, dengan merubah apa yang sesungguhnya ada di dalam diri kita justru semakin memperlihatkan ketidak asli-an kita pada orang lain. Yang mana akan menimbulkan persepsi yang berbeda beda dan cenderung negatif. Tujuan kita memperkenalkan diri supaya orang lain dapat mengenal kita dan sebaliknya, sehingga ketika bertemu tidak lagi menjadi asing dan akhirnya dapat terjalin komunikasi yang baik.

Usia menuju proses pendewasaan ini seringkali di dominasi oleh sifat egois yang tinggi. Hal ini sangat terlihat ketika banyak mahasiswa baru yang kuliah di Jakarta. 

Ketika berangkat dari daerah asal mereka sangat lugu dan santun. Namun sepulangnya dari Jakarta setelah menyelesaikan masa kuliah, mereka menjadi berlagak "ke-Jakarta-Jakarta-an" atau dengan kata lain mereka sudah membaur. 

Namun apakah membaur juga berarti harus turut menghilangkan jati diri kita? Bergaul lagi-lagi bukan soal mengalahkan kepribadian yang satu untuk kemudian diganti dengan yang lain. Bergaul adalah mencari teman. Sedangkan teman dapat kita temukan ketika kita mau dan bangga menerima diri kita sendiri.

Memang pergaulan di Jakarta bisa dibilang termasuk yang keras. Namun dengan semua perkembangan zaman ini, orang-orang juga terdorong untuk kemudian berpikir lebih kritis. Mereka cenderung banyak melihat fakta dan fungsi dari suatu peristiwa. Bukan lagi melihat fatamorgana kehidupan yang dulu sempat menjadi tren. 

Mencari pergaulan yang baik untuk diri kita sendiri pada saat kuliah di Jakarta nanti akan bermula dari diri kita sendiri. Seberapa besar kita bisa menepis perbedaan dan menjunjung tinggi rasa menghargai sesama. Seberapa besar kita masih berpegang teguh pada nilai moral dan menerapkannya terhadap kehidupan kuliah kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun