Sejak April tahun lalu Pemerintah memutuskan untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pertama kalinya, hal tersebut berdampak cukup besar pada perekonomian di Indonesia. Tingkat pengangguran dan kemiskinan negara meningkat sejak saat itu, tak sedikit orang berkurang penghasilannya. Sama halnya dengan Dyah (43) yang mulai memasarkan kue-kue buatannya sejak awal pandemi karena alasan ekonomi.
Dyah adalah seorang ibu rumah tangga dengan tiga putri yang semuanya masih bersekolah. Ketika awal pandemi, dirinya dan sang suami mengalami penurunan penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Hal itu membuatnya terdorong untuk memasarkan kue-kue yang ia buat, khususnya donat.
"Awalnya karena anak-anak susah makan dan suka ngemil, jadi saya suka bikin buat anak-anak lalu dijadikan story whatsapp. Dari sana lah orang-orang mulai tanya-tanya dan meminta untuk dibuatkan," ungkap Dyah ketika ditanya mengenai awal mula ide jualan donatnya.
Dyah juga mengungkapkan bahwa saat awal jualan dulu dirinya sebenarnya tidak memasarkan kue-kuenya, tetapi hanya menerima pesanan dari orang terdekat saja. "Pas awal jualan, cuma orang-orang dekat yang ada di kontak aja yang pesen. Setelah jalan kurang lebih setengah tahun, baru deh berani masarin di facebook, di market place," jelasnya.
Mengenai kapan dan bagaimana donatnya dibuat, Dyah mengungkapkan bahwa dia membuat adonan dan menggoreng donat di malam hari apabila ada pesanan pagi. Jika ada pesanan siang atau sore, ia akan membuat adonan pada pagi hari. "Semua donat baru diberi glaze atau topping itu kurang lebih sejam sebelum diantar, biar tetap cantik," lanjutnya mengenai proses pembuatan donat.
Selain donat hias biasa, Dyah juga banyak menerima donat hias untuk ulang tahun atau ucapan selamat. Untuk donat semacam itu, sebelum memberi topping, Dyah akan mencetak huruf dengan cokelat di cetakan yang dimilikinya. Sembari menunggu cokelat mengeras, ia akan menghias donatnya. Donat akan diantar kepada pembeli begitu selesai dihias.
Selain donat artisan, Dyah juga menjual donat isi dan garlic bread. "Adonannya sama kayak donat hias, bedanya dua roti ini ada isinya. Yang donat isi bisa request isi selai atau coklat."
Selain itu, tak jarang Dyah juga menerima pesanan kue kering. Biar begitu, ia sedikit membatasi pesanan kue keringnya, "karena gak ada waktu, dan saya sudah fokus membuat donat juga."
Penghasilan dari jualan donat dan kue keringnya bisa dibilang cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan anak-anak. Apa lagi mengingat ketika pandemi kemarin penghasilan sang suami sempat menurun.
Usaha jualan donatnya pun berjalan konsisten sejak awal pandemi hingga saat ini. Pembeli yang tadinya cuma orang-orang terdekat bertambah makin banyak dari facebook maupun teman ke teman. Bahkan dirinya juga mulai menerima reseller belum lama ini. "Dalam sehari rata-rata sampai 5 box donat," jelasnya mengenai jumlah pesanan yang ia terima.
Biar begitu, tak jarang Dyah mengalami kesulitan dalam kegiatannya berjualan. "Sulit kalau lagi banyak pesanan dan harus mengantar ke sana-kemari, karena hampir semua prosesnya kan dikerjakan sendiri," jelasnya. Ia juga menambahkan, terkadang putri-putrinya membantu secara bergantian.
Menurutnya, berjualan donat atau pun kue-kue kering ini bukanlah hal yang sulit. Karena memang sejak awal membuat kue adalah hobi bagi Dyah, jadi ia senang menjalaninya. Selain itu penghasilan yang ia dapat dari berjualan ini juga bisa menambah penghasilannya sebagai ibu rumah tangga.
"Awalnya memang sulit, tapi setelah tau celah-celah dan belajar dari pengelaman yang sudah-sudah ya jadi lebih mudah," ungkap Dyah megenai kegiatan berjualannya di tengah pandemi ini. Selain itu, karena dilakukan di rumah, ia tetap bisa mengawasi anak-anaknya dan mengurus rumah sebagaimana ibu rumah tangga pada umumnya.
Di tengah wawancara, Dyah juga membagikan kiatnya dalam berjualan, "kita kan jualan online ya, orang bakal melihat gambar, jadi ya sebagaimana mungkin gambar harus bagus untuk menarik penjual. Selain itu komunikasi juga penting, kita kan komunikasi cuma lewat ponsel, jadi ya harus cepat menanggapi calon pembeli dan ramah, sopan juga," jelasnya. Dyah juga menjelaskan bahwa dalam berjualan ini, packaging atau kemasan yang rapi dan bagus adalah hal yang penting, "ketika packaging atau kemasannya itu rapi, bagus, pembeli otomatis bakal penasaran sama isinya."
Mengenai tanggapan keluarga atas kegiatannya berjualan donat ini, Keysya (11), putri bungsu Dyah mengungkapkan bahwa ia senang melihat sang ibu bisa menekuni hobinya dan menghasilkan sesuatu dari situ, selain itu ia juga menyukai donat buatan ibunya, jadi kalau ada donat lebih ia bisa memakannya sesuka hati.
Ekonomi menurun, kegiatan berkurang, tapi jika dilihat sisi positifnya, hal itu juga bisa menjadi peluang usaha yang bagus untuk beberapa orang, khususnya pelaku usaha kecil rumahan. Salah satu diantaranya adalah Dyah.Â
Di dorong keadaan sekaligus memanfaatkan kegiatan yang disukainya, Dyah bisa mendapat penghasilan lebih yang cukup membantunya dan keluarga di tengah pandemi ini. Awalnya memang sulit, tapi kalau dijalani dengan tekun pasti bisa maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H