Ada konten yang menjadi perhatian publik karena isi konten dan konsep konten berbeda. Konsepnya ingin memberikan tayangan sex education dilalah jadi konten berbagi sex experience. Dalam hal ini ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan dan menjadi renungan bersama.Â
Pertama, pergeseran budaya akibat globalisai sudah terpampang nyata. Kini banyak hal-hal yang salah dibenarkan hanya karena sudah sering dilakukan. "Ah biasa anak muda kayak gitu mah". Woo.. kalau sebagai insan kita melihat fenomena saat ini yang salah lalu menutupnya dengan kalimat wajar karena sudah biasa. Lalu bagaimana struktur sosial yang salah bisa kita benarkan kembali? Saya rasa ini menjadi tanggungjawab kita bersama untuk menyuarakan kebenaran, tidak berhenti memberikan informasi dan edukasi kepada orang-orang terdekat kita.Â
Kenalakan remaja yang saat ini marak dilakukan dan dibiarkan akan membawa dampak berkelanjutan didepannya. Dampak kesehatan, tak jarang banyak yang terjangkit penyakit medis akibat seks bebas, atau narkoba.Â
Dampak psikologis, remaja yang melakukan seks bebas memiliki kemungkinan mengandung dan menjadi ibu pada usia muda, usia yang seharusnya masih dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan positif dan membangun.Â
Dampak lain adalah dampak sosial, budaya Indonesia adalah budaya timur, tabu rasanya jika seorang gadis dan perjaka menikah karena insiden, meskipun demikian ketika dinikahkan kemungkinan besar mereka berpisah dapat terjadi akibat mental yang belum siap untuk memiliki anak, kekerasan dalam rumah tangga akibat stres dan masalah ekonomi.
Minimnya edukasi terhadap remaja terkait kesehatan reproduksi remaja dan faktor internal-eksternal yang menyebabkan remaja melakukan perilaku perilaku yang salah. Â
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.Â
Kedua adalah salah tafsir antara Edukasi dengan menceritakan Pengalaman sexual. Menurut Nashih Ulwan A(dalam Madani Y, 91:2003) pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan.Â
Sedangkan konten yang dipublikasi dikanal youtube merupakan bentuk dari menceritakan pengalaman sexual yang tidak patut dibicarakan pada laman media sosial. Dengan demikian bagi orang awam akan menjadi salah tafsir dan akhirnya menyimpulkan bahwa pendidikan sex hanya berfokus pada saat melakukan hubungan sexual saja.Â
Ketiga yang saya ingin bahas adalah kepekaan untuk membedakan mana informasi rahasia, dan tidak yang dapat disebar luaskan oleh individu. Sosial media memang membawa kita pada garis tipis kehidupan pribadi, rasanya sekarang kurang saja kalau belum menyebar luaskan pada laman sosial media.Â
Hal ini cenderung mengakibatkan perilaku narsistik, Vazire & Funder (dalam Hartawi & Yusra, 2018) individu yang narsis menunjukkan perilaku seperti pamer, menghina orang lain, dan berpikiran bahwa kesuksesan yang diperoleh karena kemampuan yang dimiliki sedangkan kegagalan karena orang lain.Â