Mohon tunggu...
sekar aris setiyowati
sekar aris setiyowati Mohon Tunggu... -

aku seorang wanita yang sangat boros, berkemauan keras, namun cengeng. aku mahasiswa Universitas Sebelas Maret.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

NAMAKU SAMUEL

16 November 2010   09:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Samuel  Dani Wenda, nama yang bagus pemberiandari orang tuaku. Kulitku yang hitam adalah ciri khasku. Bagaimana tidak, aku adalah anaka keturunan papua. Ayahku adalah seorang guru di papua sana. Aku anak pertama dari 2 bersaudara. adikku masih kecil, masih 3 tahun. Sedangkan aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas satu.

Kisahku berawal dari kelahiran adikku. Ayahku yang merupakan seorang guru, tidak mungkin bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di papua sana hanya untuk menemaniku dengan ibuku di rumah. Sehingga aku hanya menghabiskan banyak waktu di rumah dengan ibuku tanpa adanya ayah di tengah kami. Saat kelahiran adikku, ayahku tak bisa pulang sehingga hanya nenekku saja yang menemani ibu. Aku ssi kecil samuel tidak tahu menahu apa yang dirasakan ibuku. sampai kepanikanpun terjadi. Dukun Beranak itu berkata kalau ibuku mengalami pendarahan. Entahlah apa itu pendarahan, yang ada dipikiranku kaki ibuku terluka sehingga mengeluarkan darah. Ya... sama seperti saat aku jatuh dan kakiku terkena sebuah batu. benar-benar di luar dugaanku, ternyata ibuku meninggal setelah pendarahan itu, adikku selamat. aku mendapat hadiah seorang bayi kecil yang seperti malaikat, lucu sekali. sampai aku lupa kalau ibuku meninggal karenanya.

Setelah pemakaman ibuku, ayahku pamit untuk kembali ke papua menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, jadi untuk sementara waktu aku dan adikku dititipkan kepada nenekku. Di sana aku bisa menemukan papa dan mama baru. Dia adalah kakak dari ibuku. Aku senang dia memperlakukan aku dengan adikku sama dengan anak-anaknya. Sehingga sekarang Aku punya 2 kakak dan 1 adik lagi dari mamaku. Lumayan lah jadi aku sering bermain dengan mereka untuk melupakan masalah ibuku yang sudah di surga dan ayahku yang tak memperhatikanku lagi. Ayahku tak pernah lagi memberikan kabarnya di sana. Dia juga tak pernah mengirim uang pada nenekku untuk biaya sekolahku. Nenekku berjuang sendirian.

kesedihanku berkurang lagi semenjak aku masuk SD. di sana aku punya banyak teman. Ya ,walaupun mereka takut bila bermain denganku. Mungkin karena aku keturunan papua jadi kelakuanku agak keras, kadang aku memukul temaku, tapi sebenarnya aku bukan jahat atau mau menyakiti temanku. Sampai pernah suatu hari, Temaku tidak masuk sekolah karena takut denganku. Orang tuanya lapor kepada kepala sekolah atas kelakuanku. Kepala sekolahpun berkata padaku " Tuhan Yesuspun takkan suka pada anak yang nakal". Kata-kata itu selau terngiang di telingaku.

Aku yang sekarang, bukan aku yang dulu. Sekarang samuel sudah tidak sedih lagi. Sekarang samuelpun tidak nakal lagi. Aku selalu berdoa pada tuhan agar dia memberikan kasihnya kepada keluargaku, dan memberikan keselamayan pada ayahku di sana. AMIN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun