Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Marital Rape dan Orgasme

6 Februari 2021   14:03 Diperbarui: 6 Februari 2021   14:09 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayolah, tinggal ngangkang aja, kok. Nggak susah, kan?"

Nggak susah, pala lu peyang!

Well, ini yang pernah saya rasakan ketika tubuh benar-benar menolak 'benda asing' masuk. Rasanya merinding nggak enak sama sekali. Saraf-saraf memang responsif, kondisi vagina pun nggak sekering gurun pasir, tetapi otot-otot tubuh yang telanjur kelelahan tidak sanggup menerima respons tersebut.

Apalagi, jika ditambah putingmu harus dikulum, duh, rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya. Dan, boro-boro mau orgasme, vagina nggak kering selama sanggama pun sudah bagus.

Kalau kering, itu akan memperbesar peluang terjadinya luka di dinding vagina. Luka tersebut bisa jadi perantara masuknya penyakit lain ke dalam tubuh. Ujungnya tetep nggak enak, cuy.

Sekali lagi, itu baru level paling bawah dari marital rape. Apa kabar yang harus ditambah dengan ancaman verbal atau bahkan siksaan fisik? Saya tidak sanggup membahas level itu. Hati saya sudah sakit duluan membayangkannya.

Saya hanya ingin berbagi, yah, boleh dibilang solusi atau sweet escape dari kondisi di atas. It's okay kalau kalian nggak dapat orgasme ketika sanggama dengan pasangan. Sebab, orgasme sendiri nggak cuma vaginal. Masih ada orgasme klitoral yang bisa diusahakan sendiri dan jauh lebih mudah dicapai ketimbang orgasme vaginal.

Caranya bagaimana? Yah, saya nggak akan membaginya di sini. Lagi pula, cara saya belum tentu berhasil untuk kalian. Namun, kita masih bisa membahasnya di ruang obrolan lain. Jangan takut untuk mengeksplorasi tubuh kalian sendiri, mencari di titik mana kalian merasa nyaman. Tadi saya sebut soal menyamankan diri sendiri, kan? Sebab, itu memang bagian dari cara kita mencintai diri sendiri---self love.

Untuk laki-laki, please, kenali pasangan kalian dengan sungguh-sungguh. Kami para perempuan ini bukan tak mau melayani kalian. Hanya saja, jika tubuh kami lelah, apa enaknya, sih, sanggama? Bukankah tujuan sanggama adalah mencapai level tertinggi dari penyatuan jiwa? Jadikan aktivitas sanggama sebagai salah satu ritual sakral. Tidak perlu buru-buru muncrat. Nikmati saja prosesnya. Seks itu nggak cuma enak, tetapi juga indah, seperti yang ditulis Ayu Utami dalam Saman. Beneran, deh, enak banget loh kalau bisa dapat orgasme bersamaan. Sumpah! Lega, rileks, dan menambah kuat ikatan di antara kamu dan pasangan.

Jangan berpikir sanggama itu cuma salah satu proses reproduksi. Atau yang lebih parah, sanggama hanya dijadikan alasan buat crottt di tempat yang benar. Jujur saja, kalau crottt tersebut jadi bayi beneran (karena pada ogah pake kontrasepsi, dan ini bisa jadi bahasan tersendiri yang panjangnya bisa ngalahin rangkaian gerbong kereta barang), kalian pasti mumet. Biaya sekolah mahal, Ferguso!

Raga bukan melulu bungkus. Raga adalah cerminan jiwa. Jika jiwa saja harus diperlakukan secara agung, maka raga pun berhak atas perlakuan yang sama. Rawat ragamu sebagaimana kamu merawat jiwamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun