Ada, dong, hubungannya. Dengan orgasme yang baik dan benar, kondisi vagina dan rahim menjadi sedikit lebih basa. Itu memungkinkan sperma Y bertahan hidup sedikit lebih lama. Jadi, peluang lahirnya bayi laki-laki akan lebih besar. Nah, pertanyaannya: apa benar perempuan Indonesia udah pada pinter orgasme semua? Jangan-jangan masih belum paham, orgasme itu yang macam bijimana. Duh!
Inilah yang bikin saya langsung menuju poin kedua, bahwa jumlah perempuan menjadi sedikit sebab banyak dari mereka yang tak berumur panjang. Duuuh!
Kenapa harus tak berumur panjang? Eh, ini kita nggak lagi bahas kuasa Tuhan loh, ya. Jangan sampai ada kometar, "Ya, udah takdirnya berumur segitu." Bisa kubacem mulutmu.
Di sinilah marital rape berperan. Pasti banyak di antara kalian, kaum perempuan, yang abis disemprot sperma, trus ditinggal ngorok gitu aja bwahahaha ... Nggak, ini mah bukan ngeledek. Ini ketawa ngenes, sekaligus menertawakan diri saya sendiri karena pernah termasuk dalam kelompok itu.
Hanya saja, saya nggak terlalu ambil pusing (meskipun aslinya pusing beneran kalau belum sampai orgasme) sebab saya bisa mengusahakan sendiri orgasme tersebut.
Yaelah, Moy, gosah buka kartu, napa?
Buka kartu apaan? Ini bukan soal mesum-mesuman kok. Ini soal menyamankan diri sendiri.
Nah, yang tadi saya singgung itu baru siksaan level rendah. Mungkin kalian sama-sama sange awalnya, jadi nggak ada paksaan dalam melakukannya.
Ya, cuma nggak beruntung dapat jackpot bareng aja. Nah, bagaimana dengan perempuan-perempuan yang kala diajak sanggama kebetulan dalam kondisi badan nggak bagus? Sedang sakit, misalnya, atau memang benar-benar tidak ada gairah untuk sanggama karena banyak pikiran atau kecapekan kerja.
"Ayolah, Ma, sebentar aja. Papa udah kebelet pengen dikeluarin, nih."
Oalah, Juuum ... Napa kagak self service aja, sih? Tuh stok sabun banyak di toilet.