"Apa yang akan terjadi seandainya dulu aku tidak lari, Ru?"
Aku menoleh. Moy masih duduk di sampingku, memandang lepas ke lautan. Matanya tertutup kacamata hitam. Rambutnya berayun dimainkan angin pantai. Aku berharap ia melanjutkan ucapannya, tetapi tidak. Itu saja kalimatnya. Kalimat yang membuat otakku membeku.
Apa yang terjadi jika ia tidak lari?
Entahlah. Siapa yang tahu jawabannya? Dulu yang mana? Siapa yang mengejarnya? Akukah?
"Apa yang terjadi seandainya hari ini tidak ada, Ru?"
Hah?
"Akan ke mana kita, Ru, seandainya tidak ada jeda belasan tahun itu?"
Baiklah, ini harus segera dihentikan. Aku tidak mengajaknya bertemu untuk merusak otakku.
"Moy, tidak ada satu orang pun yang mampu menjawab itu semua."
Moy menoleh. Ia melepas kacamatanya, dan baru kulihat, sudut matanya basah.
"Yang jelas," lanjutku, "semua terjadi karena sebuah alasan."