Novel punya ruang yang luas dan napas yang amat panjang. Manfaatkan itu. Ceritakan semua sedetail mungkin, serunut mungkin. Kita boleh membuat gap atau jarak antaradegan di bab-bab awal atau tengah, tetapi di akhir kisah, gap atau jarak itu harus dihilangkan dengan memunculkan penjelasan-penjelasan. Biasanya ini dipakai untuk kisah kriminal, kisah misteri, kisah konspirasi para elit penguasa, dan sejenisnya.
Ingat, cantik tidak harus menor. Mentang-mentang dibilang harus runut, kalian malah bikin tulisan kayak buku harian, tiap tanggal dikisahkan. Lah kalau kisah yang kalian tulis berdurasi sepuluh tahun, seberapa tebel itu naskah? Jangan-jangan bisa buat ganjel pintu atau nimpuk maling.
Tulis sesuai kebutuhan. Kalau memang ada jeda sekian hari atau sekian bulan antara adegan-adegan penting tersebut, ya, biarkan mengalir seperti itu. Tak perlu dipaksakan harus membuat aktivitas si tokoh per tanggal kalender. Salah-salah, malah pembaca jadi bosan dan langsung ngeloakin buku kalian. Itu pedih, Kak, pediiihh... *gosah lebay lagi, moooyyy
Keempat, ending atau akhir cerita.
Umumnya, akhir cerita ada dua macam: sedih dan bahagia. Namun, ada satu lagi yang belum jamak dipilih penulis novel, yaitu ending menggantung. Jenis ending seperti itu boleh dipilih, asalkan "nggantung"-nya nggak nanggung. Jangan sampai bikin pembaca berhasrat ngebanting buku kita setelah selesai baca. Buatlah seolah-olah pembaca menginginkan kita membuat sekuel dari naskah tersebut, meskipun aslinya mungkin kisah itu sudah benar-benar tamat.
Ingat, cantik tidak harus menor. Ending yang kece tidak akan membuat pembaca muntah, tidak akan membuat dahi mereka berkerut-kerut. Cinderella mungkin boleh mendapat Prince Charming, tetapi ia tidak mendapat seluruh kerajaan, apalagi sampai punya kuasa atas menteri-menteri kerajaan. Bella Swan hanya mendapat Edward Cullen, tidak sekaligus Jacob Black. Jacob Black cukup jadi menantunya. Astronot-astronot dadakan dalam Armageddon nggak perlu mati semua demi meledakkan meteor yang bakal menghantam bumi. Cukup separuhnya, biar Liv Tyler kebagian adegan cipokan lagi. *mooooyyyy, eling, moooyyyyy
Syudah dulu yes. Kapan-kapan sambung lagi dengan artikel lain. Selamat menulis.
Salam lemper, eh, cilok.
Artikel pertama tayang di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H