"Simpanlah uang itu untuk dirimu sendiri. Nanti kau pasti akan memerlukannya." Aku menolaknya dengan halus.
"Uang bukanlah masalah dalam hidupku sekarang ini. Aku cuma ingin Mbak Mirah meyakinkan Mas Yatno agar bersedia menerima bantuanku. Bantuan finansial dari adik perempuannya takkan menjatuhkan harga dirinya." Aku melihat Puti menyambar tas Louis Vuittonnya. Lalu dia mengeluarkan amplop cokelat yang lumayan tebal dan memberikannya padaku. Nampaknya, ia sudah mempersiapkan amplop itu sebelumnya. "Aku tahu ini takkan berhasil," ujarnya lagi.
Aku menolak untuk menerima. Aku tahu apa yang menjadi masalah dari mas Yatno. Ini akan menghancurkan nuraninya. Suamiku tahu apa yang dilakukan adik yang paling dibanggakannya, bukanlah sesuatu yang terpuji. Putri sukses di kariernya tapi banyak yang tahu bahwa itu bukan dengan kerja keras professional. Putri tak hanya bekerja sebagai sekretaris pribadi bosnya yang berwarga negara Jepang, tapi juga kekasih gelapnya. Menjadi wanita simpanan dari pria yang usianya hampir sama seperti usia ayahnya, itu bukan hal yang bagus didengar.
"Aku cuma mau membalas budi. Jadi.... Ijinkan aku melakukannya," Putri berkata lirih.
"Tanggung jawab tak dibalas dengan materi. Kakakmu menyayangimu dengan sepenuh hati. Simpanlah niat baikmu." Aku membantunya memasukkan amplop cokelat itu ke dalam tasnya. Dia menatapku. Kulihat ada air mata di sana. Tapi Putri terlalu keras pada dirinya sendiri. Dengan segera dia menghapus air matanya dan bangkit dari kursi, lalu melangkah pergi.
"Selamat tinggal, mungkin kita takkan bertemu lagi. Besok aku akan berangkat ke Osaka. Kupikir aku bisa bertemu dan mendapat restu dari kakakku." Dia tersenyum tegar tapi matanya menyiratkan tatapan sendu. Dan dia terus berjalan, pelan menahan berat beban kandungannya.
Dari balik pintu kamar, aku melihat sosok Mas Yatno dalam wajah nelangsa. Aku tahu dia mendengarnya dari sana, seluruh pembicaraanku dengan Putri. Aku tahu dia teramat kecewa, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Yang kutahu, dia menderita karena merasa bersalah tak bisa menjaga adiknya, seperti pesan orang tuanya yang telah tiada.
sumber gambar klik image kolaborasi dengan Citra Rizcha Maya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H