Di tengah kabar pencekalan Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi, banyak fitnah yang disebarkan oleh para pendukungnya. Mereka selalu menuduh bahwa persoalan administrasi itu sebagai ulah pemerintahan Presiden Jokowi.
Bahkan, Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Slamet Ma'arif menyebut  Badan Intelijen Negara (BIN) sampai menyewa rumah di sekitar tempat tinggal Rizieq untuk memantau pergerakan Imam Besar FPI itu.
Tentu saja, informasi yang diberikan oleh Slamet Ma'arif itu adalah hoax atau cerita karangan saja. Karena tidak mungkin keberadaan BIN tidak di tolak ataupun tidak diketahui oleh Arab Saudi.
Melihat sebaran berita kebohongan itu, kita jadi miris melihat tingkat polah HRS dan pendukungnya. HRS ingin pulang ke Indonesia saja sampai mengarang cerita fitnah.
Saat ini, baik FPI dan HRS mulai melakukan drama 'playing victim', sehingga seolah-olah pemerintahan Jokowi sangat tidak suka dengan HRS dan melakukan rekayasa agar HRS dicekal layaknya tahanan rumah di Arab Saudi melaluai operasi intelijen BIN.
Jujur saja, ini adalah tuduhan konyol. Memangnya untuk apa BIN melakukan usaha sekeras itu untuk mengurusi seorang HRS. BIN masih memiliki banyak kerjaan yang lebih serius dalam memantau kondisi Indonesia, dibandingkan harus memantau HRS yang perannya insiginifikan.
Kita harus mulai kritis dalam melihat tingkah polah HRS dan pengikutnya. Ucapan mereka tidak perlu diladeni, tetapi harus dicerna karena sebagian besar adalah kebohongan untuk memancing situasi memanas dan menaikkan kembali isu Pemerintah anti-Ulama. Ini yang harus diwaspadai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H