Mohon tunggu...
Must Wildan
Must Wildan Mohon Tunggu... Guru - masih belajar menulis

sang pencari yang terkadang berhenti dan melanjutkan kembali

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murid Juga Ingin Membaca Karya Guru

18 November 2014   07:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi seorang guru adalah sebuah kebanggan, ketenangan, dan begitu mulia. Seorang gurulah yang tersenyum atau menangis haru ketika melihat muridnya sukses. Seorang gurulah yang tenang menghadapi masalah karena setiap hari sudah terbiasa menghadapi masalah dari murid-muridnya. Seorang gurulah yang mendapatkan doa setiap hari dari muridnya. Dengan hal tersebut tidak ada alasan bagi guru untuk mengeluh dan meremehkan pekerjaannya.

Namun demikian, dibutuhkan mental yang kuat, skill dan pengalaman yang baik untuk menjadi garu yang handal. Bagaimana tidak, seorang guru yang setiap harinya menghadapi berbagai masalah dari jumlah murid yang tidak sedikit. Kesabaran dan keuletan juga harus dimiliki guru. Jika guru tidak mempunyai seni mengolah emosi, saya yakin tidak ada orang yang menjadi guru bertahan mengajar sampai puluhan tahun.

Guru yang baik bukanlah guru yang cerdas atau pun pintar, melainkan guru yang bisa membuat muridnya cerdas, pintar, dan berpengalaman. Dibutuhkan skill khusus bagi guru agar bisa membuat peserta didiknya pandai, bermoral, serta punya pengalaman yang banyak. Keterampilan-keterampilan khusus yang harus dimiliki seorang guru adalah seperti halnya psikologi. Ilmu ini harus dimiliki seorang guru mengingat tidak semua murid mempunyai kemampuan dan keadaan yang sama.

permasalahan yang sering terjadi dewasa ini bukanlah kemampuan guru yang kurang baik. Tetapi kurang besarnya perhatian murid terhadap penjelasan seorang guru ketika mengajar. Tidak jarang ketika guru mengajar banyak muridnya yang bermain sendiri, yang lebih parah dan menjengkelkan adalah jika ada murid yang memperhatikan tapi pengetahuan yang didapatkan layaknya angin lalu saja yang masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.

Disinilah sosok guru diharuskan menulis. Mengingat tidak sedikit anak yang mengabaikan perkataan guru, terlebih teknologi sudah berkembang yang memudahkan guru untuk menulis. Dengan menulis guru bisa memberikan arahan dan sikap bagaimana seorang murid harus bertindak, bahkan jika guru memasukan materi pada tulisannya, hal ini akan membuat siswa bosan ketika membacanya. Mungkin yang dia pikirkan apa yang ditulis guru tak lebih dari apa yang diungkapkan di dalam kelas.

Mendidik melalui tulisan itu lebih mengena dari pada mendidik melalui forum-forum formal. Mengapa demikian, hal ini terjadi karena otak siswa atau pembaca tulisan gurunya itu memang benar-benar menginginkan informasi atau pengetahuan baru. Berbeda ketika di dalam kelas yang terkesan murid dituntut harus begini dan begitu. Yang terpenting dalam tulisan tersebut seorang guru harus memberikan nuansa yang berbada dengan nuansa yang ada ketika pembelajaran di kelas.

Untuk pembuplikasian catatan yang telah dibuat guru bisa melalui buletin yang diterbitkan oleh osis atau ditempel di mading. Mengingat teknologi sudah maju, penggunaan media juga sangat bagus untuk mepublish karya-karya guru, seperti blog, ataupun web resmi sekolah.

Berbeda cerita lagi jika permasalahan ada guru atau pendidik. Disini dibutuhkan keuletan dan kemauan seorang guru untuk bisa dan mendidik muridnya melalui tulisan. Jika diperlukan, diadakan pelatihan menulis bagi guru. Saya yakin banyak yang peduli terhadap pendidikan indonesia, sebut saja Tanoto Fondation sebuah yayasan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto. Yayasan ini sudah mempedulikan pendidikan indonesia dengan program “Pelita”, mudah saja baginya untuk mengadakan pelatihan keterampilan menulis bagi guru indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun