"Anak Semata Wayang"
@Cerpen
"Eh, Sita, kamu sudah datang," sahut Nia. Dia sudah menyandang tas sekolah yang sudah kusam.
Berbeda dengan Sita, tasnya bagus.
Namun, Nia tidak pernah merasa minder karena dia sadar akan keadaan orang tuanya. Mau nuntut juga tidak akan bisa. Nia sangat menghormati dan menyayangi ibunya.
"Ayo, Sit kita berangkat,"ajaknya setelah bersalaman dengan ibunya.
Sita dan Nia satu kelas. Dari SD mereka selalu sama.
Sinar mentari yang merekah mengiringi perjalanan mereka menuju sekolah.
Tidak lama lagi mereka akan menghadapi ujian akhir kelas 3 SMP.
"Nia, semoga kita bisa ya satu kelas di SMA nanti," tanya Sita.
Nia bergeming, dia tidak bisa menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Nia, kok kamu diam saja," tegur Sita membuyarkan lamunan Nia.
"Eh, ya Sit semoga bisa," balasnya lirih. Nia tidak ingin sahabatnya kecewa.
Perjalanan dari rumah ke sekolah memakan waktu 10 menit.
Sangkin asyiknya berbincang ternyata mereka sudah sampai. Teman-teman mereka sudah banyak yang sampai lebih awal.
"Selamat pagi teman-teman," Â sapa Nia sembari melangkah menghampiri meja.
Dilepaskan tasnya lalu disimpan ke laci bangkunya
Riuh terdengar di kelasnya, Danu yang kegantengan tetiba menghampiri Nia.
"Hai, Nia cantik kamu sudah datang!"
"Huuu, "sorak anak-anak serentak.
Nia merasa malu saat Danu menghampirinya.
"Ih, apaan sih Danu jangan dekat-dekat ah," timpal Nia.
 Danu tidak mengiraukannya, dia tetap berdiri di samping Nia
Bersamung....
Jakarta, 10 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H