Menyatakan Cinta.
Menggapai Harapan-149
@Cerber
Sita melambaikan tangannya hingga mobil yang dikendarai orang tuanya tak terlihat lagi.
Wajah Sita terlihat sedih, saat orang tuanya meninggalkannya.
Amir yang menyaksikan istrinya sedih menghampirinya.
"Dik Sita jangan sedih ya, kita akan berkunjung kok ke rumah ibu. Kalau sedih terus nanti kecantikannya berkurang," tutur Amir menghibur istrinya.
Amir merangkul Sita sembari melangkah masuk ke dalam kamarnya.
"Ih Mas, ngak harus begitu tangannya, malu dilihat ibu dan pekerja lainnya," ungkap Sita dan berusaha melepas tangan Amir yang sudah menjadi suaminya.
"Kok ngak boleh sama istri sendiri," balas Amir.
Di rumah Mila.
Mila teman Siti merasa senang dia akan dipinang seorang lelaki tampan dan baik hati. Randi nama calon suaminya. Saat Mila pulang dari kerja seorang lelaki menghampirinya.
"Dik, ayo saya antar pulang hari sudah malam, tentu kamu kemalaman,"ucap lelaki yang selalu mengawasi Mila saat pulang kerja.
Dia berniat baik ingin mengantar Mila pulang. Sejak saat itu Randi dan Mila semakin dekat dan  Randi menngunkapkan cintanya.
Tersentak Mila saat mendengar ucapan Randi. Tetiba kedua tangannya menutup mulutnya dan membulatkan netranya.
"Kenapa Dik ada yang salah? tanya Randi.
"Eh....ngak kok," ulasnya.
Mila bingung dia tidak langsung menerimanya walau hati kecilnya senang. Pertemanan mereka baru tiga bulan.
Randi menyadari dan ia tidak ingin terburu-buru.
"Dik Mila, ngak harus sekarang jawabannya besok juga bisa," ungkapnya ramah.
"Maaf Mas Mila belum bisa jawab sekarang," tuturnya.
Jangtung Mila berdegup kencang selama berteman Mila melihat sikap Randi yang baik dan sopan. Namun, Mila ingin melihat kesungguhan Randi. Apakah dia mencintai Mila karena dia anak orang kaya dan orang tuanya terkenal!"
Bersambung....
Jakarta, 12 Maret 2024
Salam literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H