Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Suplir

20 Februari 2024   14:17 Diperbarui: 20 Februari 2024   14:23 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bunga Suplir

@Pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf) isi tulisan sebanyak 210 kata. 


    Sejak lama Bu Mei, senang melihat bunga suplir dan ingin sekali memilikinya. Menanam bunga suplir gampang-gampang susah. Bila Bu Mei menanam bunga konon katanya tangannya panas, sehingga jarang sekali bunga yang ditanamnya tumbuh. Dia selalu berusaha menanam tanaman. Pupuk kendang dan penyubur tanaman sudah dibeli. Bunganya sih numbuh tetapi tidak bertunas atau tidak berkembang.

Suatu kali, Bu Mei pergi bersama anak perempuannya jalan-jalan sore. Sambil berjalan mereka melihat bunga warga yang bagus dan subur menghijau. Senang sekali Bu Mei melihatnya. Tetapi niatnya untuk bertanam bunga diurungkannya, karena merasa tidak akan berhasil. Percuma dia menamamnya.

    Waktunya jalan sore sudah cukup mereka kembali pulang ke rumah. Mereka melewati selokan yang banyak ditanami rumput liar. Tetapi Bu Mei menghentikan langkahnya. Dia melihat bunga suplir tumbuh di sela-sela batu selokan itu. Dia berniat mengambilnya. Akhirnya suplir dicabut dengan hati-hati agar karnya ikut terangkat. 

Dia senang sekali dan berkata kepada anaknya yang bernama Puput. "Nak, kamu saja yang menanam bunga ini ya, pasti suplir akan tumbuh. Siapa tahu tanganmu dingin," ucap Bu Mei gembira. Puput menanam bunga suplir di pot yang sudah tersedia. 

Seminggu kemudian Bu Mei melihat tanaman suplirnya yang ditanam di pot. Wah, betapa bahagianya dia. Bunga suplirnya tumbuh dan mempunyai tunas baru. Akhirnya Bu Mei memiliki tanaman suplir yang diidam-idamkannya selama ini.

Semoga pembaca terhibur

Jakarta, 20 Pebruari 2024

Salam literasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun