Menggapai Harapan-120
@Cerber
Jarum jam menunjukkan pikul 11. 30.
"Wah, malam semakin larut besok takut kesiangan. Sebelum berebahkan raganya, tak luoa dia melantunkan doa kepada Sang pemilik kehidupan. Usai berdoa Sita merebahkan raganya di pembaringan.
Bayu malam yang berhembus  terasa  dingin hingga ke tulang. Diraihnya selimut tebal lalu ditupi seluruh raganya.
Rasa letih seharian bekerja menbuat kantuknya tak tertahan lagi akhirnya Sita terbuai dalam mimpi.
Suara jangkrik yang bersahut,-sahutan mengiringi Sita dalam tidurnya.
Di sisi lain
Amir masih terbayang akan Sita.
"Pasti dia sudah tidur, semoga tidak ada yang menghalangi cinta kami, terutama si Vivi yang mengaku-ngaku calon istri," Amir bermonolog di benaknya.
Usai berdoa Amir pun merebahkan raganya hingga terlelap.
"Bangun Nak sudah siang, nanti terlambat," ucap Ibu Amir membangunkan sembari mengetuk puntu kamar Amir.
Sembari menggeliat, dia membalas ibunya.
"Wah, Â sudah pagi ternyata."
Amir  tidak  pernah lupa melantunkan doa pagi kepada Tuhan seraya mengucap syukur.
Dia pun bergegas beranjak dari kamarnya menuju kamar mandi.
Taklam kemudian Amir  sudah rapi dengan pakaian kantornya.tidak ada
Sambil bersiul dia melangkah ke meja makan
Bersambung....
Jakarta, 9 Juni 2024
Salam literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H