Duduk Termenung
Menggapai Harapan-112
@Ceber
Oh, ternyata kamu mau menikah!" silakan semoga acara pernikahannya berlangsung dengan baik dan lancar," balas Anton dengan senang.
"Baik Pak terima kasih banyak, saya pamit dulu," ucapnya sambil menundukkan kepalaya.
Ridwan melangkah meninggalkan Anton CEO perusahaannya.
Sesampai di kontrakan, Tidwan memasukkan pakaian ke dalam rangselnya.
Senja berganti malam, Ridwan membersihkan raganya yang sudah bau keringat. Diraihnya handuk yang masih ada di jemuran. Dibersihkan raganya dengan sabun Lux. Wanhi sabun mandi menyeruak sampai ke ruang tamu.
Usai membersihkan raganya, rasa lapar menggangu ketenangannya.
"Aduh, lapar sekali makan dulu ah," gumamnya di hati.
Jam sudah menunjuk ke angka sembilan, Ridwan memeriksa kembali barang-barangnya.
"Sepertinya sudah semua masuk ke dalam tas, besok tinggal berangkat," Ridwan bermonolog.
"Kukuruyuk."
"Wah, sudah pagi ternyata."
Ridwan bergegas ke kamar mandi setelah melantunkan doa.
Di sisi lain Ibu Sita selalu menunggu kedatangan anaknya Ridwan.
Empat bulan setelah kepergian Ridwan, renovasi rumah sudah selesai. Ridwan belum melihat rumahnya.
"Nak, bagaimana kabarmu?" Ibu sudah kangen."
Sita yang melihat ibunya duduk termenung, gegas menghampirinya.
"Ibu, ada apa? kok sedih. 8bu memikirkan Bang Ridwan ya!" sabar ya Bu, abang pasti datang," ucap Sita menghibur ibunya.
Bersamhung....
Jakarta, 25 Des 2023
Salam literasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI