"Waktu cutiku tinggal dua hari lagi, aku tidak boleh terlambat," batinnya.
Dengan semangat Ridwan ikut bekerja, ia ingin rumahnya segera selesai. Namun, cutinya seminggu tidak cukup untuk menemani tukang menyelesaikan rumahnya.
Minggu sore Ridwan menghampiri orang tuanya.
"Pak, Bu, Ridwan tidak bisa berlama-lama cutiku sudah habis. Aku tidak boleh terlambat masuk kerja," ungkap Ridwan.
Kedua orang tuanya mengerti akan keadaan anaknya yang selama ini di tunggu-tunggu.
"Baiklah Nak, kami mengerti bersiaplah jangan sampai ada yang tertinggal. Terima kasih Nak, kamu sudah kembali. Ibu sudah senang tidak lagi berpikir yang tidak-tidak. Kami selalu mendoakanmu."
"Terima kasih bu, pak, Ridwan akan datang lagi. Saya bangga punya orang tua yang sangat menyayangiku."
Ridwan percaya renovasi rumah mereka akan selesai. Bapak Sita yang mengawasi para tukang yang bekerja.
Usai membereskan pakaiannya Ridwan merangkul kedua orang tuanya dan juga Sita adiknya.
Air mata bahagia membasahi pipi mereka.
Bapak Sita mengantar kepergian Ridwan dalam doa. Ridwan pun melangkah meninggalkan Bapak dan Ibu, serta adiknya.
Lambaian tangan mengiringi langkah Ridwan. Rasa haru menyelimuti mereka semua. Saat Ridwan sudah tak kelihatan lagi, Sita serta kedua orang tuanya kembali ke dalam rumah.
Bersambung....
Jakarta, 23 Nov 2023
Salam literasi