Sita masih bergeming tidak berani melawan Amir.
Sesampai di parkiran Amir membuka pintu mobilnya dan keluar gegas dia membuka pintu untuk Sita. Sesaat Sita berdiri mematung.
"Ayos masuk," titah Amir serius.
"Tapi Pak!" belum selesai Sita bicara Amir langsung meraih tangan Sita.
"Tidak ada tapi-tapian," ucap CEO menyuruh Sita masuk.
Dengan berat hati Sita masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan menuju ke restoran Sita hanya  membisu.
"Kenapa diam saja, kamu tidak usah takut aku tidak akan berbuat yang tidak-tidak. Aku ingin kamu menemani aku makan," ucap Amir sembari melirik Sita.
Keringat dingin merajai Sita, perasaan takut dan malu menghamoirinya. Mobil akhirnya sampai di depan restoran. CEO gegas membuka pintu dan keluar seteleah mobil terparkir. Dia menghampiri Sita dan mengajaknya keluar.
Sita hanya menunduk, dia tidak berani memandang sekitarnya, tangannya belum juga dipelas dari genggaman Amir. Saat Amir masuk ke dalam restaurant CEO sudah disambut pelayan restuaran, semua sudah mengenalnya. Pelayan restaurant mengarahkan mereka ke meja yang biasa CEO makan.
CEO mempersilakan Sita duduk. Amir menarik kursinya di samping Sita. Mereka duduk berdampingan. Tidak lama pelayan datang membawa makanan yang sudah biasa di pesan Amir.
"Ayo tentu kamu sudah lapar," ucap CEO sembari menyendok lauk ke dalam piringnya.
Bersambung....
Jakarta, 2 Â Nov 2023