Rasa Bersalah Selalu Mengganjal
Menggapai Harapan-43
@Cerpen
Tetiba Kak Wina keluar dari kamarnya.
"Ayo, Dik, sudah siap kah?"
"Sebentar Kak, lagi berpakaian."
Kak Wina dengan sabar menunggu adiknya yang sedang berpakaian. Berebapa menit kemudian, Rika keluar dari kamarnya.
"Sudah Kak, ayo kita jalan," tukasnya sambil melangkah ke halaman.
Sepanjang perjalanan Rika bermonolog apakah permintaan maafnya diterima. Kak Wina tidak melepaskan genggaman tangannya dari Rika, takut kalau Rika tetiba jatuh. Kondisi Rika belum begitu pulih. Permintaan Rika yang membuatnya menemani adiknya.
Rumah Sita tidak terlalu jauh dari rumah mereka, sekitar lima puluh meter. Melihat adiknya sudah berkeringat jagung, Kak Wina menjadi cemas.
"Dik, masih kuat tidak berjalan, kita istirahat dulu," ucap Kak Wina. Kebtulan ada pohon mangga di dekat mereka berjalan.
Mereka pun duduk di bongkahan kayu yang sudah kering. Angin sepoi menyapa kulit raga mereka. Rasa segar terasa di raga Kak Wina dan Rika.