Bersedih
Menggapai Harapan-32
@Cerpen
"Kemana Ya Sita, pagi-pagi begini tidak di rumah, tidak mungkin dia tidur sampai jam sembilan," Citra bermonolog.
Semenjak pengumuman kelulusan Citra dan Sita tidak pernah lagi bertemu, Sita ikut membantu kedua orang tuanya ke sawah juragan Tono. Tidak ada waktunya untuk bermain ke rumah Citra. Sita tak kunjung datang, akhirnya Citra kembali ke rumahnya dengan wajah murung dan sedih. Sepanjang perjalanan dia selalu memikirkan Sita, langkahnya gontai. Sesampai di rumah di menghempaskan raganya di pemberingan.
"Ada apa dengan Citra? bukannya tadi dia ke rumah Sita, aku akan melihatnya!
Gegas Bu Leisa melangkah ke kamar Citra lalu mengetuk pintunya.
"Nak Citra buka pintunya sayang, ada apa denganmu? tanya Bu Leisa sembari mengetuk pintu.
"Ya, Bu, sebentar," balasnya lirih. Citra beranjak dari tempat pembaringannya lalu membuka pintu kamar Citra.
Bu Leisa memeluk anak kesayangannya. Dia tidak ingin melihat anaknya bersedih.
"Ceritakan kepada Ibu Nak, ada apa? bukannya tadi ke rumah Sita? Apa yang sudah dilakukannya? Apa dia menyakitimu? tanya Bu Leisa dengan beruntun dan cemas.
"Coba saja Sita macam-macam kepada anak saya, tidak akan kuizinkan mereka bererja lagi di sawah kami," Bu Leisa bermonolog.
Citra menceritakan yang sebenarnya. Sita tidak melakukan apa pun kepadanya, karena Sita tidak ada di rumah, mereka tidak bertemu. Mendengar penuturan Citra Bu Leisa merasa bersalah.
"Maaf Sita, saya sudah berprasangka buruk kepadamu," gumam Bu Leisa di benaknya.
****
Langit tampak menjingga, bayu bertiup kencang menyapa Sita saat melangkah pulang. Sita lebih dahulu pulang dari sawah, kedua orang tuanya masih bekerja. Sesampai di rumah, Sita membuka pintu dapur lalu membersihkan garanya yang kena lumpur. Usai membersihkan tubuhnya, dia bergegas ke dapur menyiapkan makan malam. Sita yang sudah biasa memasak tidak berlama-lama. Sebelum Bapak dan ibunya pulang pekerjaan rumahnya sudah rapi semua.
"Nak, sudah capai ya bekerja sendirian," ungkap ibunya yang baru saja pulang.
"Ibu sdah pulang rupanya, Sita tidak capai kok, Bu sudah biasa!" imbuhnya.
Setelah menyimpan peralatan sawah, Ibu Sita memberishkan raganya yang kotor saat bekerja di sawah.
Bersambung....
Jakarta, 19 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H