Sesaat keadaan hening, pikiran mereka bergerilya entah kemana. Suara Bapak Sita terdengar bergetar menahan tangis, dari lubuk hatinya sangat ia juga merindukan anak sulungnya.
"Bu, bapak ke belakang dulu ya, jangan bersedih lagi kita harus kuat dan sabar," ucap Bapk Sita menghibur istrinya.
Pak Tino melangkah meninggalkan Ibu Sita yang masih bersedih, karena anak sulungnya yang sangat dirindukan. Diraihnya singkong lalu dicacah untuk makanan ayam peliharaan mereka. Ayam yang sudah cukup besar di bawa ke pasar untuk dijual menambah kebutuhan keluarga Pak Toni. Sesekali ayam dipotong kemudian diberikan kepada keluarga Juragan tempat mereka bekerja.
Warna jingga menghias alam di senja itu, menambah semangat dan rasa syukur keluarga Pak Toni, 3 tahun sudah Juragan memberi beasiswa kepada Sita. Sita lulus dengan nilai yang terbaik. Mendengar kepintaran dan kesungguhan Sita dalam belajar juragan sangat bahagia.
Tidak sia-sia mereka memberi beasiswa kepada Sita.
Bersambung....
Jakarta, 16 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H