Menggapai Harapan-13
Jingga, Bapak dan Ibu mau ke rumah Ibu Sita di Desa, ikut ya Nak! Kamukan sudah selesai ujian," ajak Ibu Mirna.
Saat Bu Mirna mengajak putrinya menemui saudaranya di Desa, dia diam sesaat. Tidak tahu apa yang ada di benaknya. Seharusnya dia senang akan bertemu saudaranya yang sudah lama tidak bertemu.
"Bamaimana Nak, apa ada tugas lainnya?" tanya ibunya sembari membelai rambut putrinya yang terurai.
"Ya, deh Bu," jawab Jingga.
Bu Mirna mengemasi pakain ke dalam koper berukuran sedang mereka akan menginap barang satu malam
Senja itu awan mengelap, rintik hujan terdengar di atas genting. Semakin lama hujan turun sangat derasnya disertai suara guntur dan kilat. Bu Mirna melantunkan doa, memohon agar besok tidak turun hujan.
****
"Ayah, ibu, aku sangat rindu ibu, hu, hu, hu," tangisnya mengudara.
"Wah, ada suara orang menangis, siapa ya? Tanya teman kakak Sita di tempat yang jauh.
"Ridwan, bangun," Tino mengguncang tubuh Ridwan yang sedang bermimpi.
Tetiba Ridwan terbangun dari mimpinya. Dikuceknya netranya lalu mengedarkan pandangannya ke sekitarnya.
"Ada apa dengan saya, kenapa kamu membangunkanku," tuturnya heran.
"Ridwan, kudengar kamu menangis tersedu-sedu," balas temannya yang bernama Tino.
Ridwan bergeming, akhir-akhir ini dia selalu teringat akan orang tuanya yang sudah lama ditinggalkannya. Namun, dia tidak bisa berbuat sesuatu. Dengan keterbatasan uang yang dimilikinya.
Bersambung....
Jakarta, 27 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H