Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lama Tak Berkunjung

26 Agustus 2023   14:32 Diperbarui: 26 Agustus 2023   14:36 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama Tak Berkunjung
@Cerbung
Menggapai Harapan-12

""Kita harus optimis teman-teman, moga kita lulus semua," ungkap Citra meyakinkan teman-temannya.

Ujian telah usai, siswa kelas 6 tinggal menunggu pengumuman.

Sita dengan merasa senang bisa membantu kedua orang tuanya bekerja di sawah, tidak lagi terbebani dengan belajar. Di tengah-tengah kesibukannya bekerja, tetiba terlintas di benaknya rasa kuatir akan kelanjutan sekolahnya.

"Melihat penghasilan kedua orang tuaku, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan sekolahku,"gumamnya lirih
Rasa cemas menyelimuti hati Sita.

Senja telah tiba, awan terlihat hitam menggumpal tanda hujan akan mengguyur persada.

"Pak, Bu, lihat awan sudah gelap hujan akan turun, ayo kita pulang," tutur Sita cemas.

Mereka pun merapikan peralatannya lalu gegas melangkah pulang. Petir dan kilat sudah terdengar. Rasa takut menyelimuti hati mereka. Belum sampai ke tumah jarum langit sudah berjatuhan dengan derasnya. Tubuh mereka diguyur air hujan yang sangat deras. Ibu Sita mulai menggigil tidak tahan kena air hujan. Sita meraih tangan Ibunya.

"Bertahanlah Bu, rumah kita sudah dekat," sebutnya sembari tangannya memegang ibunya.

Sesampai di rumah Sita gegas menyalakan tungku untuk menjerang air untuk membersihkan tubuh ibunya yang gigil.

"Bapak juga ya menggunakan air hangat mandinya," pinta Sita.

Dia tidak ingin orang tuanya sakit.

"Tidak usah Nak, bapak langsung saja ke kamar mandi," balas Bapak Sita.

Tudak lama Bapak Sita sudah keluar dari kamar mandi. Bau sabun mandi menyeruak memenuhi ruangan.

"Sudah Nak, kini ibumu yang membersihkan tubuhnya," kata Bapak Sita.

Sita melangkah meraih ember yang kosong. Dengan hati-hati Sita mengisi air panas ke dalam ember lalu membawanya ke dalam kamar mandi.

"Bu, ayo ke kamar mandi, sita sudah menyiapkan air hangat," sebut Sita.

****

Di sisi lain

Paman dan Bibi Sita yang berada jauh dari rumah mereka sudah lama tidak berkunjung ke rumah Sita.

" Pak, bagaimana ya kabar Kakak ipar di desa, aku sudah rindu kepada mereka," tanya Bibi Sita mengingatkan pamannya.

"Benar, Bu, Bapak juga sudah rindu ingin berjumpa, semoga mereka baik-baik saja."

Paman dan Bibi Sita mempunyai tiga orang anak. Anak sulung sudah selesai kuliah dan sudah bekerja. Kedua masih kuliah sedangkan si bungsu anak perempuan masih seumuran dengan Sita. Paman Sita bejerja di Perusahaan swasta Bibinnya juga bekerja di kantor yang berbeda dengan suaminya.

Mereka berencana ingin berkunjung ke rumah Sita.

Bibi Mirna menghampiri anak bungsunya.

"Nak Jingga, Bapak dan Ibu mau ke rumah Ibu Sita di Desa, ikut ya Nak! Kamukan sudah selesai ujian," ajak Ibu Mirna.

Bersambung....
Jakarta, 26 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun