Panik dan Membawa ke Dokter
Menggapai harapan-4
Sembari terisak Sita berlari kencang ingin menghampiri ibunya yang pingsan. Sepuluh menit kemudian Sita sampai, dan melihat ibunya terbaring di gubuk yang ada di sawah.
"Ibuuu, kenapa Buuuu? Tanyanya sembari menangis histeris.
Sita memeluk ibunya.
"Ini ada minyak kayu putih.
Ibu tengah baya pun mengoles minyak ke kaki dan hidung bu Sita. Namun, belum kunjung sadar. Tetiba Sita beranjak dari tempat dia duduk.
"Aku akan memanggil dokter," ucap Sita.
Dia pun berlari memanggil dokter.
"Dokter-dokter tolong ibu saya, ibu pingsan Pak Dokter," ucapnya sembari menangis histeris.
"Baik Nak ayo kita lihat," balas dokter Hilman.
Baru saja mereka melangkah, ayah Sita dan perempuan tengah baya sudah datang membawa ibunya.
"Oh, kalian sudah datang," kata dokter.
Dokter gegas membuka pintu rumahnya, dan memerintahkan agar Ibu Sita dibaringkan di tempat tidur pasien.
Dokter Hilma segera memeriksa lbu Sita.
Tetiba ibu Sita membuka netranya lalu mengedar semua ruangan. Dia merasa asing dengan tempat itu.
"Dimana aku ini? Tanyanya heran.
*
*
Di tempat lain Rika tidak senang berteman dengan Sita.
"Ih, ngapain sih, Citra mengajak Sita belajar kelompok di rumahnya. Padahal Citra anak orang kaya, apa sih yang dilihat dari Sita," gumamnya bermonolog sembari wajahnya murung.
Dari ruang tamu mama Rika memperhatikan anaknya.
"Hai, Nak! Kenapa wajahmu murung apa yang terjadi? Tanya mamanya heran. Tidak biasanya anaknya begitu.
"Ya, Ma, aku tidak suka Citra mengajak Sita belajar kelompok di rumahnya Sabtu besok!"
"Anak mama yang cantik, tidak bagus begitu, kita harus berteman kepada semua orang, tidak boleh pilih kasih ya Nak," nasihat Ibu Rika sembari mengelus lembut rambut Rika yabg terurai.
Rika belum menerima nasihat mamanya, wajahnya masih murung.
Sinar jingga memburat di senja itu, Citra bersenandung kecil, suka cita menyelimuti hatinya. Terbayang Sabtu besok teman-temannya datang belajar kelompok. Dibersihkannya meja dan kursi tempat mereka belajar kelopmpok. Ia menghampiri Ibunya yang sedang duduk di sofa, sembari melihat benda pipih yang di tangannya.
"Hai, Bu, sudah pulang rupanya," ucapnya sembari menempel duduk di samping Ibunya.
"Hai, juga Nak Citra, ibu lihat hari ini kamu senang sekali! bahkan bersih-bersih lagi," goda Ibunya.
"Ya, Bu, besok Sabtu teman-teman mau belajar kelompok di rumah kita," jelas Citra manja.
"Baiklah Nak, belajar yang benar, besok Bibi akan menyiapkan makanan untuk teman-temannya."
Citra melengkungkan bibirnya.
"Terima kasih Bu."
*
*
Dokter memeriksa Ibu Sita di kamar periksa. Tetiba ibunya Sita membuka netranya, dan merasa heran.
"Apa yang terjadi dengan saya," ungkapnya sembari menyapu seluruh ruangan dengan netranya.
"Ibu pingsan tadi Bu. Syukurlah sudah sadar," sambung dokter Hilma.
Dokter pun memeriksa Ibu Sita. Ternyata tensinya rendah.
"Ibu, harus banyak istirahat, dan makannya diperhatikan Bu, agar cepat pulih," kata dokter sembari memberi obat.
Dokter memanggil keluarga pasien. Semua mata tertuju ke dokter saat memanggil keluarga pasien.
"Bagaimana dok, keadaan Ibu saya?" Tanya Sita.
"Ibu ini kecapaian, harus banyak istirahat," pesan dokter Hilma.
"Bagaimana dok, kami harus kerja untuk mencari nafkah setiap hari," balas Ibu Sita
"Kami bisa masuk dok? tanya keluarga Ibu Sita.
"Silakan masuk melihat Ibu," dokter Hilma memberi izin.
Bersambung....
Jakarta, 18 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H