Berurai Air MataÂ
Menggapai harapan-3
"Selamat siang Bu," balas Citra sembari menyalami tangan Ibunya dan mencium punggung tangan ibunya. Citra masuk ke dalam kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya.
Usai membersihkan tubuhnya, Citra melangkah ke ruang makan dibukanya tudung saji melihat makan yang ada.
"Asyik ada makanan kesukaanku," sebutnya sembari meraih piring dan menyendok nasi ke dalam piringnya. Diambilnya sepotng ayam dan saosnya.
 Citra meletakkan bokongnya di kursi. Usai melantunkan doa Citra mulai menyantap makanannya.
"Eh, anak Ibu sedang makan asyik bangat kelihatannya," ulas Ibu Citra dengan melengkungkan bibirnya.
"Hehe, terima kasih Bu, sudah masak kesukaanku."
Di tempat yang tidak jauh dari rumah Sita.
Sita yang sudah sampai di rumah seperti biasa rumahnya terlihat sepi. Orang tuanya masih bekerja. Jam setengah enam baru pulang. Sita masuk ke kamarnya lalu menggantung tas di paku pintu kamarnya. Usai berganti pakain dia menuju ke dapur perutnya sudah berkeroncong. Diraihnya piring lalu menyendok nasi dan lauknya, serta sedikit sayur. Walau dengan sepotong tempe Sita tetap bersyukur masih bisa makan.
Gegas dia menghabiskan makanannya, dia harus membantu ibunya bekerja. Ibu Sita tidak tega melihat anaknya ikut bekerja, namun saat Sita akan mengikuti ujian, ibunya melarang Sita ikut membantu.
Usai mencuci piring makannya, Sita bersiap-siap akan ke sawah. Sita mengunci rumahnya dan melangkah ke arah samping . Tetiba dia berpapasan dengan seorang ibu setengah baya.
"Eh, Nak Sita kamu mau kemana? Aku mau kasih kabar Ibu kamu pingsan di sawah, mungkin ke capaian," jelas ibu paroh baya itu.
"Ibu.... ," teriak Sita hiteris.
Gegas dia melangkah ke tempat Ibunya pingsan sembari beruari air mata.Â
Bersambung....
Jakarta, 15 Agustus 2023