Aku mempunyai teman yang istimewa. Temanku bernama Shella. Dia istimewa karena memiliki kekurangan. Sejak bayi Shella tidak dapat melihat. Walau dia tidak dapat melihat, semangatnya tidak pernah pudar. Setiap Minggu selalu hadir di Gereja. Dia sering diejek sama teman-temannya.
"Hei, buta, buta, kamu tidak dapat melihat," ejek temannya saat bertemu.
Namun, dia tidak pernah menghiraukan mereka. Shella selalu berdoa dan memaafkan teman-teman yang mengejeknya. Saat aku ke gereja aku melihat Shella sedang berdoa kepada Tuhan. Setiap minggu saat di gereja aku selalu melihat dia berdoa di gereja.
Pulang gereja aku melihat teman sedang mengejeknya. Aku menghampiri mereka. Ternyata teman-teman Derin.
"Hai Derin, apa yang kalian lakukan? kamu tidak boleh seperti itu. Aku lihat kalian selalu mengejek Shella. Kalau kamu menjadi Shella mau tidak diperlakukan seperti itu," kataku menasihati Derin dan teman-temannya.
Aku menghampiri Shella, kuraih tangannya dan mengajak dia pergi dari hadapan mereka yang mengejek Shella. Kami pun melangkah menuju rumahnya yang tidak jauh dari gereja. Kesedihan hinggap di benakku. Tidak terasa linagan air mata membasahi pipiku.
Hari Minggu berikutnya aku tersentak, bola mataku membulat sempurna saat kulihat Shella duduk di depan gereja dengan memainkan piano. Ternyata dia terpilih mengiringi pemandu lagu. Jemari tangannya dengan lihai dan lembut menari-nari di atas tuts pianonya. Rasa haru menyeliputi hatiku.
"Hebat sekali si Shella, walau dia tidak dapat melihat namun, dia mempunyai bakat yang luar biasa. Aku tidak menyangka kalau Shella pintar bermain piano," gumamku di hati.
Aku terkagum-kagum melihatnya. Derin dan teman-temannya yang melihat penampilan Shella juga heran dan terkagum-kagum, akhirnya mereka menghampiri.
"Shella, ternyata kamu hebat dan luar biasa, kami meminta maaf ya, selama ini kami mengejek kamu," ungkap Derin.