Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembali Sepi

3 Juli 2023   20:20 Diperbarui: 3 Juli 2023   20:34 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penantian di Ujung Rindu-21 

@Cerpen

Kembali Sepi

"Malam semakin merangkak, Lia tidak bisa terpejam. Dia harus memantau Lory yang sedang demam. Mengompres Lory itulah yang dilakukannya berharap demamnya bisa turun. Esok pagi mereka sudah harus berangkat pulang. Tetiba bunyi alaram di HP nenek terdengar berulang-ulang, nenek bergegas beranjak dari pembaringannya. Tak lupa nenek melantunkan doa untuk mengucap syukur. Nenek melangkah menuju kamar Lory ingin mengetahui keadaan cucunya. Perlahan tangan nenek meraih gagang pintu.

"Krek," pintu terbuka. 

Nenek melirik ke dalam, Lory terlihat pulas. Tangan nenek mendarat di kening cucunya ternyata sudah tidak hangat lagi. Rasa kuatir hilang dari benak nenek

Lia masih terlelap dalam mimpinya, semalaman dia terjaga menemani Lory anaknya. Nenek melangkah meninggalkan kamar Lory menuju dapur. Bekal untuk cucu harus dipersiapkan. Sup dan daging ayam untuk kedua cucunya sudah dimasukkan ke dalam termos kecil agar tetap panas.

"Bekal untuk kedua cuc nenek sudah siap.

Osal adik Lory baru selesai dibersihkan tubuhnya sedang Lory belum bisa, demam di tubuhnya belum sembuh. Usai makan bersama, kakek melantunkan doa untuk kepulangan anak dan cucunya.

"Ma, kami berangkat dulu ya, tetap bawa dalam doa, agar Lory sembuh dari demamnya," ungkap Lia kelu.

"Ya, sayang Tuhan menyertai perjalanan kalian hingga sampai dengan selamat," balas Nenek sembari memeluk anaknya. Menantu juga melangkah mendekat kakek dan nenek lalu menyalami dan mencium punggung tangan mertuanya

"Lory cucu nenek cepat sembuh ya, banyak minum dan istirahat," nenek berucap sembari memeluk dan menciumnya.

Secara bergiliran tante dan paman Lory menyalami kakak dan keponakannya. Semua sudah masuk ke dalam mobil. Pak Hery melajukan mobilnya dengan pelahan.

"Selamat jalan anak-anakku, semoga selamat sampai di tujuan," ucap Kakek dan Nenek.

Lambaian tangan menghantar kepergian mereka. Netra Bu Lia terlihat sembab dan tidak tertahan lagi, buliran bening menganak sungai di pipinya.

"Nenek, kakek dan anak-anaknya, mengikuti mobil menantunya hingga lenyap dari pandangan mata. Mereka melangkah ke teras dan menutup gerbang langsung masuk ke dalam rumah. Kakek duduk di sofa sembari menghela napas. Rumah kembali sepi tak terdengar lagi suara cucunya yang selalu ramai.

"Semoga cucu kita lekas sembuh ya Bu, kasihan kalau demam mereka masih dalam perjalanan," ucap kakek kelu.

  "Kita harus yakin Kek, cucu kita pasti sembuh," balas Nenek.

Siang itu cuaca sangat cerah, awan berkejar-kejaran di langit biru. Mobil Pak Hery terus melaju menuju pelabuhan Merak. Mereka akan masuk ke dalam kapal Ferry.

Sebelum sampai ke pelabuhan Merak, mereka istirahat di rest area. Rasa lapar sudah menyerang mereka. Bu Lia membuka bekal yang dibawa dari rumah orang tuanya. Lory dan Osal sudah lebih dahulu diberi makan. Lia tidak ingin kedua anaknya kelaparan. Usai makan anak-anak asyik bermain. Osal bermain mobil-mobilan, sementara Lory mainan Puzzle.  Tangan Bu Lia mendarat di kening Lory, ingin memastikan tubuh Lory masih demam atau sudah berkurang.

Jakarta, 3 Juni 2023

Salam hangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun