Seir HaidahHasibuan
Penantian di ujung Rindu-7
Bulu Romanya Berdiri
Sesekali terdengar Osal mengigau. Dengan sigap Bu Lia memeluk erat anak lelakinya.
Beberapa menit kemudian kediaman Bibi Jotan terlihat sepi dan hening. Mereka semua telah lelap dalam tidurnya. Saat Bu Lia terjaga dari tidurnya, dari kejauhan terdengar lolongan anjing. Â Berdiri bulu romanya saat mendengar lolongan tersebut. Diraihnya selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Berapa menit kemudian Bu Lia pun terlelap dalam mimpinya.
Mendengar kokok ayam jago gegas Bibi Jotan terjaga dari tidurnya. Dia pun beranjak dari pembaringannya usai melantunkan doanya. Lalu beranjak dari pembaringannya melangkah menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Sedang asyik menyiangi sayuran ada bayangan menghampirinya. Bibi dikejutkan suara dari bayangan yang semakin mendekat.
"Pagi dik, pagi sekali bangunnya," sapanya dengan ramah.
"Aduh, kakak bikin aku kaget, kirain siapa?"balas Bibi Jotan sambil menglus dadanya.
Sarapan pagi pun telah tersaji di meja makan. Bu Lia membangukan suami dan anak-anaknya. Mereka masih mrlanjutkan perjalanan lagi.
"Ayo anak-anak, pada mandi sarapan pagi sudah siap.
"Hmm, harum sekali masakan bibi, jadi lapar,"seru Lory kepada bibinya.
Lory yang lebih dahulu membersihkan tubuhnya. Osal masih malas-malasan di pembaringan
Gegas Lory membersihkan raganya. Semerbak wangi sabun mandi menyeruak hingga ke ruang tamu. Lory meraih pakaiannya dari dalam koper. Dihampirinya adik Osal.
"Dik, ayo bangun kita mau jalan lagi," seru Lory sembari menepuk-nepuk pipi Osal adiknya.
Osal melihat sekelilingnya. Dia bingung, tetiba dia teringat poster yang dipajang di kamar Jotan.
"Kakak, Osal takut peluk kak," rengeknya sambil memeluk Lory kakaknya.
Osal sangat dekat kepada kakaknya. Saat dia ditegur mamanya selalu mengadu kepada Lory kakaknya.
"Sudah, Dik mandi dulu mama ada di dapur bersama Bibi," balas Lory.
Lory meraih tangan Osal menuju ke dapur.
"Ma, ini adik Osal dia sudah bangun," kata Lory.
Bu Lia pun mengajak Osal ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tidak lama berlalu Osal lari dari kamar mandi.
"Kak, Osal sudah mandi donk asyik mandinya," ucapnya sambil melompat-lompat kegirangan.
"Wah, sudah mandi ya Nak," sapa Bibi dengan senyuman.
Sarapan pagi sudah tersaji di meja makan.
"Ayo, anak-anak kita makan Bibi sudah menyiapkan sarapan untuk kita," seru Bibi
Sarapan pagi dengan menu mpek-mpek Palembang dan nasi goreng. Tinggal memilih menu yang disukai.
"Ayo, Kak, Bang makan yang banyak perjalan masih panjang, takut restaurannya jauh," Adik ipar Bu Lia mengingatkan.
Mereka tidak berlama-lama lagi, bergegas mereka menghabiskan makanannya. Usai makan keluarga Pak Hery akhirnya berpamitan.
"Ayo, anak-anak salam Bibi, Paman, Jotan dan Risa," perintah Pak Reyhan.
Lory dan Osal menyalami mereka semua.
"Kami pulang dulu ya Bi, Paman, Bang Jitan dan Kak Risa," pamit Lory dan Osal.
Mereka saling merangkul. Lory dan Osal kini berpisah dengan Bibinya.
Pak Hery membuka pintu mobil Rus lalu memasukkan barang-barang mereka. Lambaian tangan Bibi dan keluarganya mengiringi kepergian keluarga kakaknya. Mobil pun meluncur hingga tak terlihat lagi.
Jam menuju pukul 09. 00 WIB, mentari yang merekah menambah keindahan alam. Keramaian lalu lintas mulai memadat, dengan sabar Pak Hery menyetir mobilnya.
"Wah, masih pagi jalana sudah macet," imbuh Bu Lia cemas. Sementara Lory dan adiknya Osal asyik bermain dibelakang sesekali terdengar nyanyian dan tawa mereka tidak menghiraukan kemacetan itu.
Jakarta, 20 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H